Mohon tunggu...
Dipa Priyanto
Dipa Priyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Dipa Priyanto

Play Work!

Selanjutnya

Tutup

Film

Bahasa, Sastra dan Agama dalam Film Sang Pencerah

27 November 2021   07:34 Diperbarui: 27 November 2021   07:41 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Tulisan ini melihat pesan-pesan dakwah yang disampaikan dalam film Sang Pencerah (SP). Film religi SP yang mengangkat perjuangan seorang tokoh pendiri organinisasi masa Islam Muhammadiyah, KH. Achmad Dahlan, pada dasarnya merupakan transformasi budaya masa lalu (sejarah). Bangsa besarlah yang mau becermin pada sejarah, dalam arti sejarah masa lalu dijadikan guru bagi menata visi dan misi bangsa ke depan. 

Film karya sutradara Hanung Bramantyo, SP, berisi kisah biografi atau biopics pahlawan nasional pendiri Muhammadiyah, KH Achmad Dahlan. Tentu pesan utama film tersebut berisi nilai-nilai juang sang tokoh. Konkretnya, nilai-nilai dakwah Islam dalam konteks menjawab problematika masyarakat saat itu. Bagaimanapun, agama harus dikontekstualisasikan mengikuti dinamisasi zaman yang terus berubah. Lukman Sardi yang memerankan sang tokoh menyatakan bahwa film tersebut diperuntukkan bagi kaum muda.2 Dalam usia 21 tahun, Achmad Dahlan telah membuat perubahan besar di negeri ini. "Dia telah menguratkan hal luar biasa," kata Hanung.3 Didi Putra ER menyatakan bahwa sutradara dalam film SP ingin mengajak kaum muda agar tampil mengambil estafet kepemimpinan bangsa ke depan dalam mengisi kemerdekaan, karena pemahaman kaum muda terhadap pendahulunya telah luntur.

Manusia pada prinsipnya memiliki hak yang sama di mata Tuhan. Dalam film SP, nilai-nilai ini ditunjukkan oleh Ahmad Dahlan. Siapa pun berhak mengajukan pendapat. Dalam konteks dakwah, kesetaraan ini penting, mengingat mad'u sebagai objek dakwah beraneka ragam suku budaya, tingkat pemahaman, dan pendidikan serta ekonomi. Nilai kemanusiaan tidaklah ditentukan melalui status sosial, melainkan tingkat ketaatan dalam beragama.

Contoh keberagaman yang kental dengan nilai kesetaraan ini disampaikan Dahlan saat pertama kali menjadi khatib di Masjid Gede yang bersebelahan dengan Keraton Kasultanan, penguasa pemerintahan tertinggi saat itu. Dahlan menyatakan bahwa Allah sangat dekat dengan hamba, bahkan lebih dekat dari urat leher. Dahlan mengutip ayat Alquran, "Maka berdoalah kepada-Ku dengan sungguh-sungguh, memohon ampun, niscaya Aku akan kabulkan permohonanmu." Oleh sebab itu, lanjut Dahlan, syarat berdoa adalah  sabar, ikhlas, dan penuh keyakinan. Siapa pun dianjurkan untuk berdoa, langsung mohon pertolongan Allah, tanpa harus melalui perantara kiai, sultan, dan sesaji. 

Nilai Islam rahmatan lil-alamin21 adalah gambaran "wajah" Islam yang damai, sejuk, dan teduh. Islam yang didasarkan pada nilai-nilai universalitas22 kemanusiaan, termuat dalam firman-Nya, "Aku tidak mengutusmu (Muhammad), melainkan sebagai penebar kasih sayang bagi alam semesta" (QS. al-Anbiya: 107). Petikan ayat tersebut dijadikan Dahlan untuk mengawali awal khotbah jumatnya di Masjid Gede. Lebih lanjut Dahlan menegaskan, Islam harus menjadi rahmat bagi siapa saja yang bernaung di dalamnya, baik Muslim maupun bukan Muslim. Maksud merahmati, ungkap Dahlan, adalah melindungi, mengayomi, membuat damai, tidak mengekang atau membuat takut umat, atau membuat rumit dan berat kehidupan Muslim dengan upacara-upacara dan sesaji yang tidak pada tempatnya. Dalam konteks dakwah, kita dianjurkan agar bisa menjalin tali silaturahmi, termasuk dengan non-Muslim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun