Mohon tunggu...
Dion Pardede
Dion Pardede Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Akan terus dan selalu belajar.

Absurdites de l'existence. Roséanne Park 💍

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orangtua Jangan Ikuti Tuntunan Society untuk Membunuh Mimpi Anak

1 Agustus 2020   21:01 Diperbarui: 1 Agustus 2020   21:05 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Anak adalah buah cinta dua insan manusia yang memutuskan untuk saling menyanggupi. Ketika keputusan untuk membangun keluarga diambil oleh tiap insan, hampir dipastikan bahwa hal itu disertai oleh kesadaran yang diikuti pembangunan kesiapan untuk mendampingi perkembangan dan pertumbuhan insan-insan baru.

Keluarga dalam hal ini rumah tangga adalah titik start dari tiap insan untuk menggapai mimpi dan ambil peran dalam lingkungan yang jauh lebih besar.

Keluarga dan kualitas hubungan di dalamnya akan berdampak besar dan sentral terhadap kemampuan anak untuk membangun visi dan mewujudkannya atau sebaliknya sebagai penghambat kemampuan anak dalam bercita-cita dan memaksanya untuk menguburnya.

Beberapa waktu lalu jagad twitter dipenuhi perbincangan tentang anak laki-laki yang merajut benang dan pita. Awalnya, ia sering melihat aktivitas bibinya hingga akhirnya penasaran dan keasyikan belajar merajut dari siang hingga tengah malam.

Seiring waktu ia menjadi sangat mahir dikarenakan antusiasme dan ketekunannya.

Sayangnya  sang ibu tak suka dengan bakat merajutnya. Sering kali rajutannya terpaksa tidak selesai bahkan lenyap dibuang sang ibu yang marah. Menangis, hanya itu yang bisa ia lakukan.

Tak hanya marah dan membuang rajutannya, ibunya bahkan meminta anaknya tak main benang dan pita lagi, karena ibunya menganggap benang dan pita adalah mainan anak-anak perempuan. Menurut ibunya, sebagai anak laki-laki dia mestinya bermain sepak bola, layangan, atau kegiatan fisik lain yang 'lebih jantan'.

Sang bibi sebagaimana keterangan pada video tersebut, mengatakan bahwa keponakannya itu memang merupakan sosok anak laki-laki yang lembut.

Gemar merajut benang dan pita tidak lantas membuatnya menjadi 'kurang laki-laki'. Bibinya menyebut ia hanya tak suka permainan yang melibatkan fisik, sehingga sering kali ia tertinggal dalam pelajaran olahraga di sekolah.

Di zaman ini (seharusnya) anak lebih leluasa dalam bercita-cita apapun itu. Anak laki-laki yang sejak duduk di bangku sekolah dasar sudah pandai menjahit/menyulam (seharusnya) sangat mungkin bercita-cita menjadi desainer ternama. Gadis kecil yang menggeluti seni bela diri sejak dini (seharusnya) tidak perlu khawatir untuk memutuskan menjadi atlet.

Untuk benar-benar merasakan keleluasan yang difasilitasi perkembangan zaman tersebut pastinya tidak bisa luput dari persiapan dan pembekalan serta motivasi dari orang-orang pertama yang anak kenal. Tentu saja keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun