Mohon tunggu...
Dionisius Riandika
Dionisius Riandika Mohon Tunggu... Guru - Seorang Educator, Hipnomotivator, Hipnoterapis, Trainer, Penulis

Lahir di Kota Ambarawa, Kabupaten Semarang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Lato-lato

18 Januari 2023   21:07 Diperbarui: 18 Januari 2023   21:15 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apakah yang sedang viral dalam beberapa minggu terakhir di Indonesia? Barangkali salah satu jawabannya adalah lato-lato.

Entah bagaimana mulanya, mainan yang muncul di Amerika sekitar tahun enam puluhan ini bisa sampai ke Indonesia. Permainan membentur-benturkan dua bola keras yang dikaitkan pada ujung-ujung seutas tali ini tiba-tiba meluas. Tak hanya di kalangan anak-anak. Bahkan, sudah menular sampai orang-orang dewasa yang memainkannya.

Sejak kemunculannya di Amerika, pro-kontra menyoal permainan ini sudah merebak. Hingga saat ini, perdebatan di media sosial pun tak terhindarkan. Ada kubu yang menganggap permainan ini baik untuk koordinasi serta keterampilan tangan dan mata. Di sisi lain, tak sedikit orang yang menentang. Berbagai efek negatif lato-lato pun mulai diangkat. Di antaranya, banyak korban cedera akibat terkena bola lato-lato. Mulai dari cedera ringan sampai pada cedera berat yang berakibat kerusakan mata.

Lepas dari berbagai polemik seputar lato-lato. Nyatanya, sampai hari ini masih dapat dijumpai jamaknya penjual lato-lato. Lato-lato banyak dijual di mal-mal. Bahkan, dengan gampang ditemui di warung-warung di kampung-kampung. Viralitas lato-lato menyebar pula di berbagai platform media sosial.

Tanpa menutup telinga akan berbagai pergunjingan soal lato-lato, mari kita gali nilai filosofinya.

Lato-lato menjadi menarik ketika kedua bolanya saling dibenturkan satu sama lain. Begitu pula kehidupan. Benturan demi benturan dalam kehidupan tak terelakkan. Benturan ego, benturan pendapat, benturan ideologi, hingga benturan antarkepercayaan tak mungkin terhindarkan.

Namun, dengan benturan-benturan itulah hidup ini menjadi menarik. Lebih dari itu, benturan-benturan yang terjadi justru dapat membuat setiap pribadi tumbuh makin dewasa dari waktu ke waktu.

Benturan antarbola lato-lato juga dapat dilihat sebagai sebuah keberanian. Keberanian setiap insan untuk membenturkan diri dengan ketakutan-ketakutan, membenturkan diri dengan kecemasan atau kekhawatiran, membenturkan diri dengan kemalasan, dan berbagai kecenderungan negatif. Dengan keberanian diri untuk membenturkan diri dalam berbagai persoalan yang dihadapi, niscaya mampu membuat setiap pribadi menjadi kokoh dalam menghadapi tantangan-tantangan kehidupan.

Benturan dapat dipahami sebagai ke luar dari zona nyaman. Berapa manusia akan membenamkan diri dalam zona-zona nyaman mereka. Cenderung takut untuk mencoba ke luar. Maka, keberanian untuk ke luar dari zona nyaman dengan membentur tembok-tembok penghalang menjadi salah satu langkah untuk mampu menjadi manusia baru dengan pola pikir bahkan kinerja yang baru guna mengalami kebaruan kehidupan.

Lato-lato hanya bekerja ketika terus bergerak. Begitu juga kehidupan manusia, harus terus bergerak. Hidup bersifat dinamis. Kondisi statis bukanlah cerminan sesuatu yang hidup. Dengan demikian, manusia diharapkan terus bergerak dalam arti terus berkembang dan bertransformasi supaya dapat mengalami kegairahan hidup.

Meski lato-lato terus bergerak dalam benturan-benturan, gerakannya selalu teratur karena kedua bola terikat dalam satu sumber tali yang sama. Manusia hanya mungkin hidup dalam keteraturan serta keselarasan apabila seluruh hidupnya bergantung dan terikat kepada Tuhan. Tanpa keterikatan dengan Sang Penciptanya, manusia mustahil dapat menjalani kehidupan dalam harmoni, kebaikan, kenyamanan, dan keselarasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun