Mohon tunggu...
Cerita Pemilih

Kesenjangan Sosial Masalah Besar Kota Surabaya

11 Desember 2015   13:44 Diperbarui: 4 April 2017   18:15 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kesenjangan sosial merupakan salah satu masalah sosial yang sering kita jumpai di kota-kota besar. Fenomena ini hampir terjadi di semua kota di Indonesia. Salah satunya adalah Surabaya. Surabaya yang notabene adalah kota terbesar kedua di Indonesia ini, memiliki angka kelahiran dan angka imigran masuk yang tinggi. Dapat diketahui, angka kelahiran di Surabaya selama tiga tahun terakhir mengalami keadaan yang fluktuatif. Namun, dari tiga tahun terakhir tersebut angka kelahiran Surabaya tetap mengalami kenaikan sebesar 13.4 %. Selain itu, jumlah imigran yang masuk ke Surabaya juga mengalami kenaikan. Selama dua tahun terakhir ini, kenaikan jumlah imigran yang masuk ke Surabaya sebesar 3,64%.

Dari kenaikan angka kelahiran dan kenaikan jumlah imigran masuk menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk di Surabaya. Kenaikan jumlah penduduk yang tidak disesuaikan dengan kenaikan jumlah lapangan pekerjaan ini tentunya menimbulkan banyak masalah, antara lain kemiskinan dan pengangguran. Hal-hal yang seperti itulah, yang memicu timbulnya kesenjangan sosial di dalam kehidupan masyarakat. Tercatat, pada tahun 2013 jumlah masyarakat Surabaya yang di bawah garis kemiskinan sebanyak 168.000 jiwa atau 5.97% dari total seluruh masyarakat Surabaya. Hal tersebut mengakibatkan munculnya rumah-rumah kumuh di bantaran kali maupun dibantaran rel kereta api.

Apabila masalah kesenjangan sosial dan kemiskinan ini tidak segera ditangani, hal tersebut akan mengakibatkan terjadi kriminalitas. Banyak rakyat miskin yang terpaksa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, seperti mencopet dan mencuri. Namun, tidak sedikit pula orang tetap rela berkeja keras, membating tulang demi menghidupi keluarganya. Bahkan di tengah panasnya terik matahari tidak menjadi halangan untuk terus bekerja. Penghasilan yang didapat pun kadang tidak sebanding dengan letih yang diterima dari perkerjaan yang dilakukannya tersebut.

Di sisi lain, tidak sedikit pula orang yang sukses dengan pekerjaannya ketika di Surabaya. Mereka hidup dengan bergelimang harta tanpa memikirkan orang lain di sekitarnya. Sama seperti halnya orang miskin, penghasilan yang diterima orang kaya juga tidak sebanding dengan letih yang didapat. Namun yang membedakannya adalah jika orang miskin pekerjaan yang dilakukan sangat melelahkan dengan penghasilannya yang sangat sedikit. Berbeda dengan orang kaya yang pekerjaannya tidak membuat lelah namun pengasilan yang didapatnya sangatlah banyak.

Hal lain yang membedakan orang kaya dengan orang miskin adalah tempat tinggalnya. Orang miskin banyak tinggal di daerah kumuh, seperti bantaran sungai, bantaran kereta api, atau daerah padat penduduk. Sedangkan orang kaya banyak tinggal di perumahan mewah, apartemen, ataupun hotel. Perbedaan tersebut sangatlah mencolok, dapat kita lihat secara langsung, karena seringkali dilihat sebenarnya mereka tinggal di tempat yang saling berdekatan. Banyak apatemen yang dibangun bersebelahan dengan daerah padat penduduk. Bahkan tidak banyak pula daerah padat penduduk yang digusur atau direlokasi untuk pembangunan apartemen. Hal tersebut merupakan contoh nyata adanya kesenjangan sosial di masyarakat kota.

[caption caption="gambar : fonomena kesenjangan sosial"][/caption]Hal yang perlu digaris bawahi adalah kesenjangan sosial terjadi karena banyaknya rakyat miskin dan pengangguran yang ada di Surabaya. Surabaya telah menjadi kota terbesar ke dua di Indonesia dan juga telah mendapat predikat sebagai “smart city“. Tetapi mengapa masih terjadi kesenjangan sosial yang sangat mencolok? Ini menjadi pertanyaan besar yang perlu adanya jawaban dan titik terang. Hal ini yang merupakan PR bagi pemerintah untuk bisa lebih menyejahterakan masyarakat serta meminimalisir adanya kesenjangan sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun