14 Maret 2018, ribuan pelajar dari lebih 3000 sekolah melakukan walkoutdari sekolah masing-masing dan melakukan aksi protes dengan berjalan selama 17 menit  untuk mengenang kejadian kekerasan penembakan massal bulan lalu. Penembakan yang membunuh 17 orang siswa dan guru itu menambah daftar kejadian penembakan yang berulang di Amerika serikat.Â
Mereka kemudian berkumpul di taman Washington Square, kota New York. Dilanjutkan dengan pidato dan protes agar pemerintah segera menindak aksi kekerasan senjata dengan mengatur  kepemilikan senjata dan keamanan sekolah di AS.Â
Walaupun pihak sekolah mengatakan bahwa akan ada tindakan pendisiplinan terhadap pelajar yang ikut aksi protes itu, namun mereka dengan kompak ikut berpartisipasi.Â
"Jika kau seorang murid yang pergi ke sekolah setelah penembakan massal, kau bertanya kenapa juga masih pergi ke sekolah  padahal masih sangat berbahaya untuk belajar." ungkap Jared starling (16 tahun).Â
"Kita tidak merasa aman lagi di sekolah," ungkap Sarah Chatfield. Seorang pelajar dari sekolah di Maryland.Â
Banyak para protestan membawa tanda bertuliskan#Enough. Mereka ingin kekerasan tersebut segera berakhir karena lebih dari ratusan nyawa orang yang tak bersalah menjadi korban.
Pihak pembuat hukum masih memperdebatkan tentang aturan kepemilikan senjata di AS. Pemerintah tidak serta merta mengabulkan keinginan para pelajar untuk melarang kepemilikan senjata. Namun para pelajar tidak akan berhenti untuk terus melakukan protes dan kampanye sampai adanya perubahan atas aturan kepemilikan senjata.Â
Sumber :Â