"Untuk kamu jiwa-jiwa yang sering mengalah menghindari perdebatan dan perseteruan yang tiada guna, kamu adalah pemenang sesungguhanya, Selamat kamu telah dewasa, ego telah mampu kamu kalahkan"
Layangan putus masih hangat untuk bahan perbincangan. Sebuah karya drama tentang perselingkuhan. Namun kali ini tulisannya tidak membahasa tentang perselingkuhan karena saya sudah membahas di dalam tulisan saya yang berjudul  "perselingkuhan dalam Keluarga Harmonis, kok bisa?". Silahkan Klik jika berminat membacanya.
Lantas apa yang akan saya bahas kali ini?
Setelah menonton layangan putus episode 8A dan 8B saya tertarik dengan karakter Aris pada episode itu. Sebagai orang awam saya menangkap di balik lelaki yang di pandang sempurna tersimpan rasa ego yang menggelora. Dalam episode 8 tergambarkan bahawa Aris belum mau mengakui kesalahanya dia masih melakukan pembenaran atas segala tingkah lakunya.
Aris digambarkan mementingkan dirinya sendiri atas dasar nama cinta padahal jika berpikir dewasa memperbaiki hubungan yang ada mungkin bukan pilihan yang buruk. Tapi namanya jatuh cinta membuat beberap hormone menjadi aktif dan susah untuk di bendung tentunya. Cinta adalah candu yang membuat akal sehat berlalu dan sirna.
Dari karakter Aris banyak hal yang bisa kita petik agar tentunya ritual menonton drama lebih bergizi. Menurut saya di usia Aris yang tergolong bukan remaja terlalu naif rasanya jika menjadi budak cinta. Realistis perlu ada untuk memotong cinta yang seharusnya di stop begitu saja. Banyak pertimbangan tentunya salah satunya demi Raya sang buah hati tercinta. Terlalu maruk rasanya jika tetap ingin bersama dengan keduanya. Tapi begitulah orang dewasa suka memperumit masalah dan memperlihatkan dirinya belum sedewasa umurnya.
Dalam Kehidupan nyata sering kita temui manusia ber ego tinggi yang sering memicu pertengkaran. Suasana memanas sepanas bara api yang sedang berkobar semakin besar. Manusia satu dengan manusia lainya sedang bersikeras mempertahankan pedapatnya, sebenarnya yang mereka perdebatkan bukanlah hal yang besar hanya hal yang tidak penting dan tiada gunanya. Tanpa disadari memperdebatkan hal yang tidak penting malah mememecah hubunga baik yang telah dibina.
Kalian pasti pernah menemui orang yang selalu bersi keras dengan pendapatnya padahal pendapatnya sudah nyata sekali salah, namun tetap saja dia tidak menerima hal itu baginya dialah yang paling benar. Egonya menggelora agar dianggap benar dan rasa menang berloncat-loncat dalam hatinya. Walau kita sering menghindari perdebatan namun  perdebatan tidak bisa kita hindari. Pasti akan kita temui dalam perjalanan hidup kita ini. Lantas apa yang kita lakukan jika kita terjerumus dalam perdebata tiada guna dan berhadapan orang dengan orang keras kepala?.
Apakah arti dari keras kepala itu?.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Keras kepala berarti individu yang tidak mau menurut nasihat orang lain[1]. Memang menyebalkan terkadang, rasanya ingin melempar dia dengan air panas agar keras kepalanya bisa melunak selunak jelly. Langkah paling bijak menghadapi orang seperti itu adalah mengalah saja. Tiada gunanaya berdebat dengan manusia kepala batu yang ada hanya menguras tenagamu yang berharga saja. Lebih baik energy kita kita gunakan untuk hal yang berguna. Jika pendapatmu yang benar suatu saat nanti pasti akan terbukti juga kok.Â
Mengalah bukan berarti kalah, mengalah berarti kamu menang melawan ego dalam diri yang ada dalam dirimu. Â Jika kamu sering mengalah berarti kamu adalah menusia hebat yang diciptakan sejuta anugerah sabar dalam hidup, selamat untuk kamu jiwa-jiwa yang sering mengalah menghindari perdebatan dan perseteruan yang tiada guna.