Mohon tunggu...
Dimyat Aa Dym
Dimyat Aa Dym Mohon Tunggu... Guru - Bergabung mulai tahun 2012 dan Buku Perdananya tahun 2020 berjudul "Pendidikan Berbasis Al-Qur'an & Pancasila"

Seorang guru dan pendidik di sekolah yang telah mengabdikan dedikasinya untuk tunas-tunas bangsa lebih dari 20 tahun. Blog : www.dimyativi.blogspot.com , twitter : @dimyat1, FB : Dimyat Muqsith

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Seri Pendidikan Politik Pemilih Pemula (2)

21 Maret 2014   14:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:40 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_327638" align="aligncenter" width="448" caption="Tampak Kak Seto Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di acara Keuarga PKS (Dok. Pribadi)"][/caption]

Tahapan pemilu 2014 sudah memasuki tahap penting yaitu masa kampanye. KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai lembaga penyelenggara Pemilu sudah menetapkan jadwal kampanye partai politik yaitu mulai tanggal 16 Maret 2014 sampai 5 April 2014. Perangkat lainnya sebagai piranti penting demi terselenggaranya Pemilu 2014 yang berkualitas ada Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu).

Di lingkungan kita dan tataran masyarakat ada lembaga lainnya yang ada kaitannya dengan Pemilu seperti Lembaga Survey, Relawan Pemenangan Partai Politik dan Calon Anggota Dewan atau Tim Sukses dll. Disisi lain dunia usaha terutama bisnis percetakan diramaikan dengan pesanan jasa setting layout dan cetak dari partai politik, tim sukses dan calon anggota dewan.

Lalu bagaimana dengan dunia pendidikan? Sebelumnya penulis pernah melontarkan pertanyaan mana persoalan yang lebih hulu, dan lebih utama untuk kita benahi, pendidikan atau politik? Apakah prilaku politik yang rusak berasal dari pendidikan politik yang kurang, lemah atau rusak pula? Atau sebaliknya pendidikan yang lemah, semberawut dan rusak itu merupakan akibat dari kondisi politik yang carut marut?

Pertanyaan di atas paling tidak mewakili untuk kita dalam rangka membahas pendidikan politik. Sebelum mulai masa kampanye partai politik 2014 kami sangat perhatian dengan yang namanya pendidikan politik. Sehingga judul tulisan sebelumnya :

http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/01/seri-pendidikan-politik-pemilih-pemula-1-635635.html

kami bertekad untuk membuat tulisan tentang pendidikan politik ini secara seri atau berkelanjutan dengan harapan semoga menjadi bahan untuk kita diskusi melalui media ini.

Istilah pendidikan politik tiba-tiba muncul ke permukaan lebih keras dari sebelumnya terutama pasca hari pertama masa kampanye 2014 tepatnya ketika PKS DKI Jakarta melakukan Kampanye Akbarnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SU GBK). Ketika media arus utama menyoroti tentang keterlibatan anak-anak pada kampanye akbar tersebut. Meskipun pelibatan anak-anak dalam kampanye terbuka bukan hanya dilakukan oleh PKS.

Namun seperti biasanya sedikit saja kesalahan atau keganjilan yang dilakukan oleh partai sekelas PKS biasanya media atau bawaslu sangat responsip. Bahkan Bawaslu mengundang khusus Presiden PKS Anis Matta untuk mengklarifikasi pernyataanya saat ditanya awak media terkait pendidikan politik sejak usia dini.

Bahwa PKS menurut pernyataan presidennya sudah berusaha menghimbau untuk tidak membawa anak tapi karena alasan tertentu di PKS sedang digalakkan tentang pengarus utamaan keluarga sehingga kehadiran anak kader baik yang sudah atau baru sja memiliki hak pilih maupun yang belum di area kampanye terbuka tidak bisa diihindarkan meski panitia sudah mengantisipasinya dengan tempat penitipan anak dan sarana bermain anak.

Dalam pandangan penulis pendidikan politik harus diutamakan, deskriminasi politik harus dihindarkan, bawaslu harus tegas dan tidak tebang pilih hanya PKS saja yang diiincar padahal kehadiran anak di kampanye terbuka tidak bisa terhindarkan baik oleh PKS maupun partai politik yang lainnya seperti PDIP, GOLKAR, HANURA, GERINDRAdan DEMOKRAT. Media juga harus menjadi pelaku utama dalam pendidikan politik, danKPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) jangan mau dibenturkan dengan lembaga lainnya (KPU) dalam urusan pendidikan politik.

Penegakkan peraturan, disiplin dan keadilan yang dilandasi oleh kebencian tanpa objektivitas akan menjadi boomerang. Bahkan Tuhan telah mengingatkan dalam firmannya sehingga ayat ini menjadi sangat relevan dan terus akan relevan untuk kita amalkan “…Dan Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku Adillah karena adil itu lebih dekat kepada Taqwa. …” Almaidah (5) : 8

Sekarang saatnya para pakar, praktisi dan pemerhati dunia pendidikan untuk kita dengarkan pendapatnya tentang pendidikan politik. Jangan sampai wacana ini dibiarkan lepas kepada para politisi, bawaslu dan KPAI. Serahkan masalah ini kepada mereka yang lebih berwenang dan kompeten untuk membicarakannya yakni menteri pendidikan, kalangan pendidikan (Kampus Pesantren dan Sekolah), serta para pakar pendidikan.

Jika penulis hadirkan tiga kasus tentang anak kira-kira mana yang harus lebih dulu (prioritas) untuk dibela oleh KPAI dan ditegakkan Bawaslu ; 1. Pengabaian hak anak atau pendidikan anak di lokasi kampanye terbuka partai politik yang kurang mendidik, 2. Pengabaian hak anak atau pendidikan anak di lokasi kampanye terbuka yang ramah anak, dan 3. Pengabaian hak atau pendidika anak di suatu rumah ibadah sekalipun seperti anak dibentak dan lain sebagainya.

Jika masalah di atas dibiarkan maka kita akan hancur semuanya dan rugi kedua-duanya dunia pendidikan hancur, politik juga hancur. Saatnya dunia politik ramah anak dan menjadi bagian dari pelaku pendidiikan politik, jangan dikotak-kotakkan antara KPAI, Bawaslu, Partai Politik. Semuanya harus bersinergi dan harmoni untuk menciptakan dunia pendidikan walib khusus pendidikan politik kita yang lebih baik.

[caption id="attachment_327639" align="aligncenter" width="448" caption="Pendidikan Politik Pemilih Pemula Vs Pendidikan Politik Usia Dini ala PKS (Dok. Pribadi) "]

1395363069580089538
1395363069580089538
[/caption]

Bagi penulis sendiri yang kebetulan memiliki latar belakang sebagai pendidik sejak setahun lalu sampai saat ini alhamdulillah kami dan kawan-kawan konsen dalam rangka kampanye pendidikan politik pemilih pemula serta pendidikan politik sejak dini dengan harapan semoga bisa berkontribusi dalam membantu semua pihak untuk menciptakan dunia pendidikan yang lebih baik.

Inilah Visi, Misi dan Program Kampanye Pendidikan Politik Pemilih Pemula Versi Jaringan Masyarakat Pemilih Pemula (JAMPE) yang sudah kami gulirkan :

Visi ;

=>Menjadi Pelaku Sejarah Perubahan Gelombang Menuju Indonesia Lebih Baik

Misi ;

1.=> Menjadi Bagian dari Masyarakat Pemilih Indonesia (No Golput)

2. = >   2. Menjadi Pemilih Yang Sholeh, Cerdas dan Mandiri (No Suap)

3. =>   3. Menjadi Pelopor Semangat Indonesia yang Lebih Baik (No Korupsi)

Program : Bela, Kritik, Ilmu , dengan demikian maka diharapkan pemilih pemula akan lebih soleh, cerdas dan mandiri dalam memilih di Pemilu 2014.

Wallahu a’lam. Salam persahabatan dan persaudaraan antara sesama pemilih pemula Pemilu 2014. [DM]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun