Mohon tunggu...
Dimas Tri Pamungkas
Dimas Tri Pamungkas Mohon Tunggu... Guru - Author

Author

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Seni" Hari Ini

3 Agustus 2019   19:46 Diperbarui: 9 Agustus 2019   15:35 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Wikioo.org

"Seni itu penting, agar kita tidak mati oleh kebenaran" begitulah kira-kira sepenggal kalimat dari seorang pemikir berkebangsaan Jerman, yang namanya tidak bisa saya ingat kembali.

Seni itu penting bagi manusia. Kehadirannya bersamaan sejak manusia mulai mampuh memperdayakan akal dan pikirannya. ketika itu secara tak terpisahkan seni dikaitkan dengan adanya sihir - yaitu, upaya primitif pertama manusia untuk memahami dan mendapatkan kendali atas dunia tempat mereka tinggal.  

Namun, pada peradaban ini, di dalam apa yang disebut masyarakat kelas, istilah kelas yang terdengar abstrak tetapi sangat terasa kehadirannya dalam beberapa persoalan. 

Seni memungkinkan adanya perancangan dibawah mejah kesepakatan untuk mengecualikan massa, dan memindahkan mereka ke eksistensi yang miskin, tidak hanya dalam materi tetapi dalam arti spiritual.

Setelah runtuhnya peradaban Yunani, kita manusia mengenal dan merasa memiliki "roti dan sirkus". Sekarang, kita mengenal dan merasa memiliki opera sabun dan musik pop.

Seni hari ini, terutama seni komersial, yang berdiri dengan mengatasnamakan massa serta pemakaian istilah umum adalah obat yang berguna untuk menjaga massa dalam keadaan puas, sementara pada saat yang sama membuat beberapa kapitalis melebarkan tawa dan meringakan tangan-tangan guritanya.  

Dengan demikian membawa daya artistik masyarakat pada tingkatan yang paling rendah, dan semakin mengasingkan seni dari realitas sosial, kapitalisme menjamin kemunduran yang terus menerus dan kegagalan seni secara umum.

Pada atsmosfir seni yang semakin memungkinkan adanya  pengkerdilan ini, di mana ia diharuskan untuk memberi makan dirinya sendiri dengan cara yang sama seperti sapi dan ayam yang diberi makan bangkai hewan lain, dan akibatnya penyakit otak yang mematikan, seni menjadi semakin steril, kosong dan tidak berarti, sehingga  para seniman sendiri mulai merasakan pembusukan dan menjadi semakin gelisah dan tidak puas.  

Namun, ketidakpuasan mereka dapat mengarah ke mana-mana karena tidak terkait dengan perjuangan untuk bentuk alternatif masyarakat, di mana seni dapat menemukan jalan kembali ke kemanusiaan.

"Sebab, solusi untuk masalah seni tidak dapat ditemukan dalam seni, tetapi hanya di masyarakat"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun