Mohon tunggu...
Dimas Colungga Sumadi
Dimas Colungga Sumadi Mohon Tunggu... Relawan - mahasiswa psikologi

berbagilah selagi kita dapat berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Hanyut

7 Mei 2021   08:08 Diperbarui: 7 Mei 2021   08:11 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hanyut terbawa arus sungai, jika kita menikmati kehanyutan tersebut maka kita akan dapat memanfaatkan kehanyutan tersebut untuk ketenangan jiwa kita. dengan kehanyutan kita akan merasakan ketenangan dengan memandang lingkungan sekitar dengan persasaan. menghanyutkan diri dengan sengaja atau dengan tidak sengaja itu menandakan jiwa kita sedang ingin beristirahat, apakah itu bisa dikatakan lemah ? terkhusus kepada para lelaki yang bagi beberapa kalangan menangisnya seorang pria itu menandakan pria itu lemah. jawabanya adalah tidak. setiap manusia di bekali dengan air mata, jika kita sudah diberi atau dibekali dengan air mata maka kita juga berarti memiliki hak untuk menangis juga. jiwa juga seperti fisik yang mana jiwa juga dapat lelah, tetapi lelahnya fisik dapat di sembuhkan dengan pijat relaksasi kalau lelahnya jiwa apakah sama cara menyembuhkannya ? apakah ada pijat jiwa ? pastinya tidak, jika ada pijat jiwa siapakah yang bisa sesakti itu memijat jiwa hehehehehe. cara yang benar ketika jiwa sedang lelah adalah datang ke seorang psikolog. selain datang keseorang psikolog seseorang membutuhkan filosofi didalam dirinya untuk mengeluarkan tekanan atau beban didalam dirinya agar lelahnya dapat selesai. 

mari kita berkenalan dengan filososfi hanyut ini filosofi ini bukan dari mana-mana tapi berasal diri saya sendiri setiap orang memiliki idieloginya sendiri-sendiri dan memiliki filosofi hidup sendiri-sendiri. jika kita lelah menghapi suatu beban maka kita boleh untuk beristirahat. mari manfaatkan filosofi hanyut ini. Analogi filosofi seperti ini saya imajinaskan dengan kita berenang di sungai dengan pemandangan alam yang indah dan rindang serta langit yag nampak biru beserta ikan-ikan yang ramai berenang denga kita, kemudian kita bberenang dengan gaya pungunggung sambil kita berhanyut menuju batas akhir kenyamanan untuk kembali kedarat.

dari analogi seperti itulah yang bisa saya gambarkan dalam filsofi hanyut ini. ketka kita lelah kita bisa berbaring di sebuah pulau bernama kasur dengan memandang keatas atap  atau plafin yang ada dikamar, dengan memejamkan matapun juga boleh. selanjutnya kita bisa merasakan nafas, udara, dinginnya kipas atau AC kemudian merasakan musik yang kita sukai atau musik dengan suasana yang pas untuk merasakan situasi apa  yang kita rasakan. seperti analogi tadi semunya hampir mirip, tetapi saat melakukan hal tersebut kita harus menentukan kapan  waktu selesainya mungkin boleh sejam atau dua jam itu hal yang normal. jangan sampai keterusan karena nanti anda akan tenggelam. denga demekian beban beban yang kita rasakan sedikit demi sediki akan dapat hilang sementara untuk menyelesaikan beban kita  agar penyelesaiannya dapat suntuingan energi yang ebi fresh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun