Mohon tunggu...
dila amanda putri
dila amanda putri Mohon Tunggu... mahasiswi

suka memasak dan membaca novel saat ini saya sedang aktif sebagai mahasiswa, aktif di platform shopee affiliate dan memulai bisnis kecil dengan open-preorder pudding vla chocolate with topping

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tokoh Sosiologi Charles Tilly (1929-2008)

12 September 2025   12:45 Diperbarui: 24 September 2025   22:07 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                   PENGALAMAN MENGIKUTI KEGIATAN SOSIAL SEBAGAI BENTUK GERAKAN KOLEKTIF CHARLES TILLY

          Pada tanggal 17 Agustus saya ikut kegiatan kerja bakti di lingkungan tempat tinggal bersama pemuda pemudi karang taruna. Awalnya saya pikir kerja bakti itu hanya rutinitas biasa, sekadar membersihkan lingkungan dan merapikan jalan. Tapi ketika saya ikut langsung, ternyata suasananya berbeda. Semua orang saling membantu, ada yang mengkoordinasi, ada yang membagikan tugas, ada yang mensuplai makanan. Rasanya seperti ada energi kebersamaan yang membuat saya jadi merasa bagian dari kelompok itu (karang taruna). Bagi saya, pengalaman ini bisa dilihat sebagai bentuk gerakan kolektif, seperti yang dijelaskan Charles Tilly(2004), karena ada aksi bersama yang dilakukan secara terorganisir dengan tujuan yang jelas, yaitu menjaga kebersihan lingkungan.

         Saya mengenal teori tentang gerakan kolektif dari Charles Tilly, terutama dalam bukunya Social Movements, 1768–2004 (2004). Menurut Tilly(2004), sebuah gerakan sosial biasanya memiliki tiga unsur penting: adanya organisasi, identitas yang menyatukan orang-orang, dan aksi kolektif yang dilakukan berulang. Kalau dipikir-pikir, kerja bakti yang saya ikuti itu juga memiliki ketiga unsur ini. Warganya terorganisir lewat jadwal yang sudah disusun oleh pihak panitia karang taruna, identitasnya jelas sebagai warga satu kampung, dan aksinya berupa kegiatan bersama yang dilakukan setahun sekali. Jadi, walaupun sederhana, kerja bakti bisa dibaca sebagai bentuk gerakan kolektif, yang tidak selalu berskala besar, melainkan bisa muncul dari aktivitas rutin masyarakat.

       Charles Tilly (1929–2008) adalah seorang sosiolog dan sejarawan asal Amerika. Ia dikenal sebagai pemikir yang banyak menulis soal gerakan sosial, revolusi, dan demokrasi. Tilly lahir di Lombard, Illinois, dan sepanjang hidupnya meneliti bagaimana orang-orang berkumpul, beraksi, dan membentuk perubahan sosial. Dua karya pentingnya adalah From Mobilization to Revolution (1978) dan Social Movements, 1768–2004 (2004). Dari pemikiran Tilly, saya  belajar bahwa tidak semua gerakan kolektif harus besar atau heboh seperti demonstrasi, tetapi bisa juga muncul dari partisipasi rutin, seperti kerja bakti di tempat tinggal yang saya alami (Tilly,1978).

          Refleksi Personal, pengalaman ikut kerja bakti itu membuat saya sadar bahwa teori sosiologi bukan hanya ada di kelas atau buku, tapi juga benar-benar hadir di kehidupan sehari-hari. Sebelumnya saya anggap gerakan sosial itu identik dengan demo besar-besaran di jalan, padahal lewat Tilly saya jadi paham bahwa sesuatu yang sederhana pun bisa mengandung makna gerakan kolektif. Menariknya, hal ini bikin saya melihat kegiatan rutin masyarakat dengan cara berbeda ada makna solidaritas,bentuk organisasi, dan identitas yang menyatukan.

Bibliography

Tilly, C. (1978). From mobilization to revolution. Reading, MA: Addison-Wesley.

Tilly, C. (2004). Social movements, 1768–2004. Boulder, CO: Paradigm Publishers.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun