Mohon tunggu...
Kaf Hak
Kaf Hak Mohon Tunggu... Guru - Kompasianer Bojonegoro

Seorang penulis, organisator, motivator, dan youtuber. Urgensi sebuah tulisan yaitu ketika memiliki makna yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kiat-kiat Penyemangat Masa Lanjut Usia (Lansia)

4 Januari 2021   00:25 Diperbarui: 7 Januari 2021   08:15 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui, masa lanjut usia adalah usia seseorang yang sudah mencapai 60 tahun ke atas. Usia yang sudah tidak muda lagi, tapi bukan berarti usia tersebut tidak bisa produktif dan energik lagi seperti halnya usia muda yang masih fresh, tenaga dan pikiran ketika beraktivitas. Ada banyak contohnya, orang tua yang usianya di atas 60 tahun tetapi orang itu masih lincah dan bersemangat dalam menjalani masa-masa tua, di mana masa-masa tua ialah masa yang rentan terhadap penyakit dan berkurangnya tenaga serta kemampuan. Namun tidak semuanya begitu, ada yang ditakdirkan sehat hingga berpuluh-puluh tahun usianya, dan ada yang ditakdirkan sakit dengan usia lansia, atau bahkan ada yang ditakdirkan pikun dengan usia yang telah dibatasi. Semua telah digariskan oleh-Nya dengan segala kehendak-Nya. Sebagaimana Allah menyebut kata "pikun" di dalam Al-Qur'an yang menjadi gambaran bahwa ada masa yang mempengaruhi daya ingat dan tenaga menjadi berkurang ketika usia sudah menua. 

Berkaitan dengan hal itu, mumpung tenaga masih dapat dinikmati dan dirasakan oleh orang yang masih dikaruniai kesehatan jasmani dan rohani, tentu orang tua yang memiliki kemampuan tersebut mempunyai langkah untuk memanfaatkan tenaga yang ada dalam mengarungi kehidupan sehari-hari, entah itu menafkahi keluarga, bekerja, maupun aktivitas pendukung lainnya. Selain itu, masing-masing orang tua mempunyai jadwal kegiatan yang bermacam-macam, dan menggunakan masing-masing kemampuan yang dimiliki.

Meskipun penulis belum menjalani masa lanjut usia karena usia penulis saat ini baru menginjak 24 tahun. Sedangkan masa lanjut usia itu sekitar 60 tahun ke atas, namun penulis mempunyai gambaran bahwa masa-masa usia tersebut mempunyai suasana tersendiri. Berbeda dengan usia saya saat ini, mengangkat semen barangkali masih ringan dibandingkan dengan beratnya jerik payah orang tua ketika mengangkatnya. Seperti halnya pengalaman dari penulis ketika melihat orang tua kandung jungkir balik menafkahi keluarga. Saat itu pekerjaan mengangkat berat memang dianggap ringan, namun saat ini tenaganya tidak sama seperti dahulu. Mengangkat barang ringan sampai dirasakan berat. Katakan saja padi yang telah dipanen yang dimasukkan ke karung, beratnya mungkin sekitar 40 kg dianggap hal yang biasa. Namun pada saat masa lanjut usia menghampiri, bobot segitu tidak lagi menjadi perkara yang mudah bagi orang tua saya untuk mengangkatnya, bisa dibilang keberatan. 

Mungkin, keterangan itulah yang mengingatkan kita akan berartinya orang tua di dalam hidup ini. Susah senang dalam berjuang telah mereka lalui dalam menyediakan kenyamanan keluarga dalam mencari nafkah untuk membahagiakan. Bedanya ialah, anak mungkin terlihat mungil dan menggemaskan serta tidak terlalu merepotkan ketika diurus pada saat bayi. Namun ketahuilah, dengan segala kelemahan orang tua saat masa lansia menyapa, berbanding terbalik dengan kemungilan seorang anak yang dahulu diurus olehnya. Dengan keadaan orang tua dengan tubuh yang tak lagi kencang, namun keriput. Dan dengan kondisi berkurangnya tenaga dan pikiran yang dialami. Memang sudah seharusnya dimengerti dan dipahami. Masihkah anak memperhatikannya?

Dengan uraian yang panjang di atas, agar suasana semangat melekat di dalam diri pembaca menuju atau bahkan telah melaluinya, maka penulis mencoba mengemas tulisan ini sebagai kiat-kiat yang menurut saya dapat dijadikan sebagai penyemangat pada masa lansia. Berikut ada lima kiat yang telah dituliskan:

1. Menyadari Waktu

Waktu akan terus berjalan, sedangkan manusia tidak selamanya akan hidup di dunia yang singkat ini. Mendengar istilah 'roda kehidupan' terus berputar, itulah gambarannya. Bahwa yang telah terjadi tidak akan dapat diulang kembali. Yang mulanya tidak ada menjadi ada, itulah gambaran munculnya seorang bayi yang diciptakan untuk menjalani hidupnya. Yang mulanya anak-anak menjadi dewasa, itulah gambaran bahwa adanya pergantian fase kehidupan yang berjalan, dan lain sebagainya. Dan semuanya pasti bergantian. Menyadari waktu, dengan cara menanyakan kepada diri sendiri bahwa di mana keberadaan kita saat ini? Di dalam fase bayi, anak-anak, dewasa, remaja atau lanjut usia. Yang kemudian setelah itu baru dapat menyadari dan memikirkan betapa pentingya memanfaatkan waktu yang sedang berjalan, dengan menahan celah agar tak ada waktu yang terbuang dengan sia-sia.

2. Mensyukuri Apa yang Ada

Menjadi diri sendiri adalah penting untuk disyukuri. Karena dengan mensyukuri, seseorang dapat mengenali siapa dirinya sebenarnya. Dan untuk apa dia diciptakan. Sebab, orang yang tidak menerima atas apa yang telah ditakdirkan untuknya bisa menyebabkan penyakit hati yaitu kufur nikmat. Na'uudzubillahi minndzaalik. Cobalah kita renungi, apakah kita hidup di dunia ini kita yang minta? Apakah kita bernapas dengan oksigen yang ada di alam selama di dunia ini harus membayar? Tentu tidak! Karena semuanya memang sudah disediakan oleh Allah secara gratis agar manusia dapat mensyukuri apa yang ada. Sebagaimana kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh manusia, serta rintangan dan ujian manusia selama hidupnya yang dihadapi dengan kesabaran dan ketabahan. Dan dapat menikmatinya ketika lansia bagi orang-orang yang akan atau sedang melaluinya. Maka syukurilah apa yang ada.

3. Mempersiapkan Bekal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun