Mohon tunggu...
Difa Falahudin
Difa Falahudin Mohon Tunggu... -

Hanya untuk tugas Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kisruh Mencekam PSSI vs Kemenpora

7 Juni 2015   10:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:18 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Kisruh Mencekam PSSI vs KEMENPORA

 

PENDAHULUAN

 

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, disingkat PSSI, adalah organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo. PSSI dibentuk pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana beliau merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan konstruksi besar itu. Akan tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi, beliau kemudian memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut. Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepak bola, beliau menyadari kepentingan pelaksanaan butir-butir keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana untuk menentang Belanda. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Soeratin rajin mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-diam untuk menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika mengadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya, pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno). Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang. Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil dari VIJ (Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB – Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Gatot), PSM – Persatuan sepak bola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB – Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (Soekarno), MVB – Madioensche Voetbal Bond (Kartodarmoedjo), IVBM – Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB – Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji). Dari pertemuan tersebut, diambillah keputusan untuk mendirikan PSSI, singkatan dari Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia sekaligus menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya.

 

PEMBAHASAN

 

Kisruh yang terjadi di persepakbolaan di tanah air memang tidak pernah ada habisnya. Dewasa ini,persepakbolaan digemparkan dengan persoalan yang terjadi antara PSSI dan KEMENPORA, yang akhirnya berujung pada sanksi yang diberikan FIFA. Persoalan ini mulai muncul karena Arema Indonesia dan Persebaya berpartisipasi pada QNB League, padahal kedua klub ini mendapat larangan dari BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) karena tidak memenuhi beberapa persyaratan dari BOPI. Hingga akhirnya Kemenpora mengetahui hal itu dan pada tanggal 8 April 2015 Kemenpora memberikan surat peringatan  kepada PSSI yang menyatakan PSSI tidak mempertimbangkan nasihat dari BOPI bahwa Arema Indonesia dan Persebaya dilarang ikut serta dalam QNB League. Kemenpora juga meminta kedua klub tesebut mematuhi rekomendasi dan persyaratan dari BOPI. Namun kedua klub ini tidak kunjung melaksanakan rekomendasi dari BOPI. Satu minggu kemudian, Kemenpora kembali memberikan surat peringatan kepada PSSI untuk menindak lanjuti tentang surat yang diberikan sebelumnya.  Hal ini sebenarnya bisa diselesaikan secara damai jika PSSI, Kemenpora dan BOPI berkehendak melakukan musyawarah. Pada tanggal 10 April, FIFA melayangkan surat kepada Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi agar pemerintah tidak campur tangan terhadap kepengurusan PSSI. Jika pemerintah masih tetap campur tangan, FIFA akan memberikan sanksi kepada PSSI. Pada 16 April, Kemenpora kembali mengirimkan surat peringatan kepada PSSI. Surat tersebut merupakan surat ketiga yang sudah diberikan oleh Kemenpora kepada PSSI. Peringatan ini didasari karena kubu PSSI tidak juga menghiraukan surat-surat peringatan sebelumnya. BOPI juga tetap meminta PSSI agar patuh terhadap rekomendasi yang diberikan. Akhirnya, pada 18 April 2015, Menpora Imam Nahrawi membekukan PSSI. Selain pembekuan terhadap PSSI, Menpora juga tidak mengakui  adanya Kongres Luar Biasa PSSI yang diadakan di Surabaya. Melalui SK Menpora, pemerintah akan membentuk Tim Transisi yang akan mengambil alih tugas dan wewenang PSSI sampai dengan terbentuknya kepengurusaan PSSI yang kompeten sesuai dengan mekanisme organisasi dan statuta FIFA. Sementara itu, KONI dan KOI akan mengambil alih gelaran sepak bola Indonesia seperti QNB League ataupun kegiatan Timnas Indonesia dalam SEA Games di Singapura. Wakil Presiden Jusuf Kalla, memberikan nasihat kepada Menpora agar segera mencabut pembekuan PSSI agar Indonesia terhindar dari sanksi yang akan diberikan oleh FIFA. Pada kenyataanya sanksi tersebut tidak bisa dihindari. Pada 30 Mei 2015, FIFA resmi memberikan sanksi kepada PSSI dan berlaku hingga PSSI mampu memenuhi kewajiban pada pasal 13 dan 17 statuta FIFA. Akibat sanksi ini, timnas Indonesia dan semua klub di Indonesia dilarang berpartisipasi di pentas Internasional di bawah FIFA atau AFC, kecuali SEA Games di Singapura hingga turnamen berakhir.

Tidak sampai disitu saja, sampai saat ini semua kompetisi yang sebelumnya berada dibawah naungan PSSI seperti QNB League ataupun Liga Divisi macet total. Bahkan klub seperti Persipura dan Persib yang seharusnya tampil pada ajang AFC Cup juga sudah tidak diperbolehkan untuk melanjutkan sisa pertandingan yang mereka miliki. Hal ini berimbas juga kepada nasib klub dan para pemain yang sebelumnya berpartisipasi dalam kompetisi professional di Indonesia. Banyak klub yang menunggak  gaji pemain dan beberapa sponsor tidak lagi memberikan dukungan akibat tidak adanya kompetisi yang bisa diikuti lagi. Pengangguran juga melanda sebagian besar pemain. Bisa dikatakan permasalahan ini merupakan permasalahan yang cukup serius dalam sejarah persepakbolaan Indonesia.

 

PENUTUP

       I.            Kesimpulan

Persepakbolaan di Indonesia memang harus dibenahi secara total,khususnya dari kubu PSSI sendiri,perlu diketahui bahwa PSSI adalah badan yang menaungi seluruh kegiatan sepak bola di Indonesia khususnya kompetisi yang ada ,mulai dari level amatir hingga professional Indonesia. Oleh karena itu,jika PSSI dirundung permasalahan tentunya hal ini akan berimbas kepada nasib kegiatan persepakbolaan di Indonesia khusunya kompetisi yang ada dibawah naungan PSSI seperti ISL / QNB League, Liga Divisi dan sebagainya. Memang PSSI kerap bermasalah mulai dari kasus korupsi hingga dualisme. Oleh karena itu, Menpora, Imam Nahrawi ingin membenahi persepakbolaan di Indonesia dimulai dari pembenahan dari PSSI,yakni dengan upaya pembekuan PSSI. Hanya saja upaya tersebut sebenarnya kurang tepat karena dinilai terlalu mencampuri urusan PSSI sehingga berujung pada sanksi yang diberikan oleh FIFA terhadap sepak bola di tanah air.

 

    II.            Saran

PSSI harusnya mematuhi semua rekomendasi yang diberikan kepada BOPI dan lebih memperhatikan surat peringatan yang sudah diberikan oleh Kemenpora. Begitu juga dengan Menpora, seharusnya tidak melakukan pembekuan terhadap PSSI dan campur tangan terhadap PSSI meskipun sebenarnya tujuan dari hal ini adalah untuk membenahi persepakbolaan Indonesia. Hendaknya kedua belah pihak bisa memilih cara lain yang lebih aman seperti musyawarah.

 

Sumber :          http://id.wikipedia.org/wiki/Persatuan_Sepak_Bola_Seluruh_Indonesia

 

 

 

 


Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun