Mohon tunggu...
Lutfi Nasution
Lutfi Nasution Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Amatiran Ndeso

Biasa aja ... Masih Belajar dan Terus Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sikap Bang Zul yang Difitnah dari Hati yang Hitam (Bagian 3)

29 Januari 2020   00:13 Diperbarui: 29 Januari 2020   00:15 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi warga PAN yang tidak tahu/ belum tahu pikiran ketua umum Bang Zul tentang perjuangan politik, moralitas, dan nilai manfaat bagi umat, bangsa, dan negara, tentu akan menulis dengan nyinyir. Mengecilkan Bang Zul. Lalu ujung-ujungnya menulis dengan bahasa negatif (sudah menjadi kebiasaan do'i hihihi).

Kalau tidak tahu/ belum tahu, dapat saya pandu: klik mbah Google. Akan banyak narasi dan pemikiran Bang Zul tentang politik dan value demokrasi di you tube dan sosmed lainnya. Tapi karena bertujuan untuk mendelegitimasi Bang Zul dan menaikkan calon yang didukung, junjungannya, yang dibangun kemudian adalah narasi fitnah ke Bang Zul. Lalu, dikaitkan dengan yel-yel dukungan ke Bang Zul.

Ini namanya hati iri dan syirik tanda tak mampu, hihi.. Mengulas tentang pemikiran, eh disimplifikasi ke yel-yel dukungan ke Bang Zul untuk lanZHutkan sebagai ketua umum. Ini namanya alasan yang mengada-ada. Kurang cerdas ah.

Kan saudaraku juga membikin yel-yel perjuangan. Cuma bedanya, yang hadir sedikit. Kenapa kok cuma sedikit ? Ya tanyalah pada diri sendiri. Jangan tanya kepada rumput yang bergoyang, karena pasti tak menemukan jawaban.

Bukalah you tube atau sosmed lainnya. Lacak pemikiran kandidat ketum PAN 2020. Bandingkan. Catat isi dan substansi pemikiran. Jejak digital tak pernah bohong. Itu namanya obyektif dan bubur kacang ijo alias jujur dalam penilaian. Para warga PAN akan tahu perbedaannya melalui fakta digital yang tidak terbantahkan.

Hidup sebagai politisi itu adalah hidup dalam dunia perjuangan. Dinamis. Keras. Disorot lampu kamera. Di bully oleh buzzer. Bertarung ide dan gagasan secara terbuka di publik. Siap di caci maki. Di kritik dan dibantai. Makanya bagi politisi seperti itu akan tampak jejak digitalnya.

Ada logika lucu untuk menyanjung sang pujaan hati. Hidup sebagai politisi dengan menempuh jalan sunyi.

Woooi banguuun ngopi...

Bagaimana dia bisa ber parlee (bicara) tentang ide, gagasan, dan memperjuangkan aspirasi rakyat kalau hanya diam seribu bahasa? Ketika dilacak di mbah Google, kita tak tahu apa isi pikirannya. Bisu. Kosong substansi. Miskin gagasan. Mulut terkatup rapat.

Lalu, dibangun narasi mengapa menempuh jalan sunyi adalah untuk memberi kesempatan berkiprah dan tampilnya kader partai lainnya. Sok mulia banget. Ini sungguh argumentasi kocak tapi menyebalkan. Memangnya seberapa besar kekuatanmu mengendalikan media, baik cetak, elektronik, online, maupun sosmed, kok seakan-akan memberi kesempatan ke kader partai lain, hihi..

Atau saya berkesimpulan mungkin tidak laku di jual ke media yang kredibel sehingga tidak bisa ditelusuri pemikirannya tentang politik negara, nilai martabat dan moralitas dalam berpolitik, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun