Mohon tunggu...
diego fawzi
diego fawzi Mohon Tunggu... -

its all good

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencermati Anies sebagai Sosok "Human Politic"

21 Maret 2018   10:46 Diperbarui: 21 Maret 2018   10:48 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi, dia justru mengakomodasi dan merangkul kelompok ekstremis seperti FPI" - Anies Baswedan -

Itulah petikan Kalimat yang diucapkan Anies saat menjadi juru bicara kampanye Jokowi pada pilpres 2014 dulu. Kalimat ini dia ucapkan terkait tantangannya mengenai ketegasan seorang Prabowo. Disini dia mempertanyakan ketegasan Prabowo dalam keberpihakannya terhadap heterogenitas dan pluralisme yang ada di Indonesia. Baginya saat itu, FPI adalah kelompok ekstremis yang tidak berpihak pada heterogenitas dan pluralisme (Kompas.com).

Akan tetapi, bagi Anies politik itu dinamis. Yesterday enemies is today friends. Dulunya dia terkesan tidak setuju dengan cara pandang Prabowo dan FPI. Tetapi, setelah diberhentikan dari susunan kabinet Jokowi, dia mulai melabuhkan hatinya ke Gerindra. Itu hal ironis pertama. Hal yang ironis kedua justru terjadi saat dia ingin mencalonkan diri menjadi orang nomor 1 DKI. 

Saat itu, ketika ingin menghimpun dukungan suara, maka mau tidak mau, suka tidak suka, dia harus menggaet massa dari FPI. Mengapa hal itu dilakukan? Pertama, FPI tidak menyukai lawan terberatnya yaitu pasangan Ahok-Djarot. Kedua, Gerindra sebagai partai pengusungnya memiliki kedekatan dengan FPI. Ketiga, Rizieq Shihab ketua FPI, adalah motor penggerak demo 212 tahun 2016 yang memiliki pengaruh massa kuat (bbc.com).

Politik itu tidak ada yang kebetulan. Skenario telah tersusun dengan rapi. Aktornya telah dipilih. Setelah pertemuan dengan Rizieq selaku pimpinan FPI, tidak lama terjadilah skandal. 

Skandal pornografi yang menyeret nama Rizieq Shihab dan Firza Husein. Skandal ini menyebabkan Rizieq yang saat itu menjalankan umrah menunda waktu untuk kembali ke Indonesia. Bahkan, rencana pulangnya Rizieq pada tanggal 21 Februari 2018 yang lalu pun urung dilakukan. Sebagai salah satu basis himpunan suara, Faisal Assegaf, salah satu pendiri Presidium Alumni 212 mengatakan bahwa jatuhnya rezim terdahulu dan naiknya Anies ke tahta balai kota adalah berkat upaya Rizieq dan alumni 212. Dia juga mengatakan bahwa Rizieq akan pulang ke Indonesia apabila ada perlindungan dan panggilan dari Anies. Akan tetapi Anies tidak memiliki tanggapan mengenai hal tersebut. Uniknya, tidak lama beselang Faisal dicabut dari kepengurusan 212 terkait komentarnya yang lain tentang membanding-bandingkan Ahok dengan Rizieq (cnnindonesia.com).

Terakhir muncullah berita demo yang dilakukan oleh pihak yang mengaku sebagai FUIR (Forum Umat Islam Revolusioner). Mereka melakukan demo Senin kemaren (19/3) di depan gedung DPRD DKI Jakarta. Korlap Dhany Jesy mengatakan bahwa mereka menuntut pengunduran Anies dari Gubernur DKI karena mereka menganggap Anies melupakan jasa umat Islam dengan tidak peduli dan tidak membantu kepulangan Rizieq ke Indonesia (Merdeka.com).

Hal yang unik. Sebuah manuver politik yang berubah-ubah. Awalnya berseberangan dengan Gerindra dan FPI. Lalu menjadi cagub yang diusung Gerindra. Pendekatan dengan FPI dan Rizieq Shihab, kemenangan pilgub. Terakhir ketidakperduliannya terhadap salah satu pendukung utamanya. Manuver yang memang direncanakan untuk memanfaatkan situasi demi memperoleh kekuasaan? Atau hanya kebetulan dan kesengajaan yang dilakukan berulang-ulang?

Franklin D. Roosevelt pernah berkata, "In politics, nothing happens by accident. If it happens, you can bet it was planned that way".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun