Mohon tunggu...
diyah
diyah Mohon Tunggu... Freelancer - Dee

lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Rumah Peninggalan Sang Mayor Jakarta

6 Juni 2018   17:23 Diperbarui: 6 Juni 2018   17:29 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak lama Pasar Baru atau Passer Baroe, sudah menjadi pemukiman bagi etnis Tionghoa di Jakarta. Etnis Tionghoa pun banyak berdagang, dan secara turun temurun membuka toko. Namun di tengah-tengah pusat perdagangan Tionghoa, dan India, terdapat sebuah bangunan tua Tionghoa, yang menurut sejarah merupakan bangunan peninggalan sang Mayor Tionghoa bernama Tio Tek Ho.

Mayor, merupakan jabatan tertinggi bagi pemimpin masyarakat Tionghoa yang diangkat oleh pemerintah kolonial Belanda. Jabatan ini biasanya dijalankan oleh para saudagar Tionghoa kaya raya, atau tokoh Tionghoa yang berpengaruh pada masa itu.  

Bukan hanya Mayor, ada juga jabatan Kapitan dan Letnan. Meskipun memiliki nama yang sama dengan jabatan dalam kemiliteran, jabatan ini bukanlah jabatan komando militer. Tugas utama Mayor, Kapitan, dan Letnan ini yaitu mengumpulkan pajak dari masyarakat Tionghoa, dan mengatur masyarakat Tionghoa pada masa pemerintahan kolonial Belanda, seperti pernikahan, kematian, dan lain-lain.

Mayor Tio Tek Ho menjabat pada tahun 1896. Masa jabatan yang hanya sebentar dikarenakan sakit, dan kemudian meninggal dunia. Sepeninggal Mayor Tio Tek Ho, bangunan kediamannya yang berbentuk rumah toko di Pasar Baru kemudian dijual. Dan sekarang dimiliki oleh salah satu supplier alat-alat makan khusus hotel, dan restoran.

Rumah Mayor Tio Tek Ho satu-satunya rumah peninggalan Mayor yang berbentuk rumah toko. Meskipun rumah toko, bangunan ini besar memanjang. Memiliki gaya Tiongkok Selatan, lengkap dengan atapnya yang berbentuk ekor walet, menandakan bahwa pemiliknya mempunyai status sosial dalam masyarakat Tionghoa, dan ornamen-ornamen khas Tionghoa, sekaligus kolonial. Di salah satu sudut atap, kita masih bisa melihat kepingan-kepingan keramik asli Tiongkok bergambar cerita Tiongkok klasik.

Lantai bangunan masih menggunakan tegel kuno, sedangkan pintu-pintu masih menggunakan kayu-kayu besar dengan ukiran kayu bergambar qilin (hewan mitos dalam legenda Tionghoa), dan bunga lotus di bagian bawah pintu dan dinding bagian depan. Ukiran-ukiran di bagian sambungan tiang pun masih terlihat.

Bangunan ini berlantai satu, dan menurut kisah pemilik terdahulu, pada waktu sang Mayor masih ada, biasanya akan diadakan pertunjukan Barongsai pada saat-saat tertentu. Dan sang Mayor akan duduk di lantai atas, dan Barongsai harus meloncat setinggi lantai atas untuk mendapatkan angpau (amplop merah) dari sang Mayor.

Sayangnya bangunan ini kelihatan seperti tidak terurus, dan menunggu waktu untuk ambruk. Apabila itu terjadi, maka peninggalan Mayor Tio Tek Ho pun akan hilang, karena tidak ada lagi peninggalan nya. Baik pihak pemilik, dan pemerintah pun seperti kurang memberi perhatian pada bangunan tersebut, karena tidak terlihat kegiatan untuk melestarikan, atau melindungi bangunan tua tersebut dari ambruk, dan kepunahan sampai sekarang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun