Warung nasi, rumah makan atau restoran yang biasanya buka setiap hari pada saat bulan Ramadan atau Puasa sering menjadi dilema apakah harus membuka atau menutup usahanya. Karena jika warung nasinya buka sering dianggap tidak menghargai orang puasa, tetapi kalau tidak buka mereka membutuhkan penghasilan.
Tapi disisi lain bagi orang yang sedang dalam perjalanan, atau ada halangan yang dibolehkan tidak puasa seperti sakit, orang yang sedang hamil atau menyusui, atau orang non muslim yang tidak puasa mereka sering kebingungan kalau semua rumah makan atau warung nasi tutup semua.
Nah solusinya seperti apa untuk warung nasi, rumah makan atau restoran saat bulan puasa. Berikut pendapat saya dalam mengatasi permasalahan ini :
Pertama, Buka tapi menggunakan penutup atau tirai. Warung nasi, rumah makan atau restoran yang membuka usahanya pada bulan puasa sebaiknya menutup bagian depannya denga tirai atau penghalang agar tidak terlihat secara langsung di dalamnya ada orang yang sedang makan sehingga tidak menggoda orang yang sedang puasa.
Kedua, Tutup jika mampu. Jika warung nasi, rumah makan, atau restoran mampu menutup biaya operasional selama satu bulan yakni pada saat bulan Puasa atau Ramadan saja maka pemiliknya bisa menutup warung nasi tersebut selama satu bulan dan baru buka setelah lebaran. Â
Ketiga, Buka menjelang berbuka hingga sahur. Â Pilihan yang ketiga adalah tetap buka tetapi menjelang orang berbuka puasa yakni dari pukul 16.00 hingga saat orang sahur. Karena pada saat itu biasanya banyak orang yang karena kesibukannya tidak sempat masak nasi dan lauknya, begitu juga saat sahur banyak orang yang membutuhkan karena tidak keburu masak, anak kos, atau malas masak maka warung nasi yang buka pada saat buka sangat dibutuhkan oleh mereka.
Itulah beberapa opsi bagi pemilik warung saat bulan puasa tiba. Mudah-mudahan menjadi solusi terbaik bagi pemilik warung nasi, tempat makan atau restoran yang ada di Indonesia. Karena Indonesia itu toleran dan saling menghormati satu sama lain.
