Mohon tunggu...
Didit AndzasBachtiar
Didit AndzasBachtiar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga

Suka mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ziarah: Peringatan akan Kematian, Penghormatan Kepada yang Telah Meninggal, dan Pencarian akan Ketenangan

28 November 2022   11:41 Diperbarui: 28 November 2022   11:53 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ziarah menjadi salah satu tradisi yang masih dijalani oleh masyarakat di Indonesia hingga saat ini. Ziarah berarti sebuah kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (KBBI, 2022). Kegiatan kunjungan tersebut disebut sebagai berziarah. Sedangkan, orang yang sedang berziarah disebut sebagai peziarah. Ziarah dapat dikatakan sebagai manifestasi dari salah satu unsur kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, yaitu berupa sistem religi. Peziarah biasanya berziarah ke makam-makam sanak saudaranya. Selain itu, peziarah juga berziarah di makam-makam wali, ulama, tokoh agama, tokoh pemerintahan, tokoh yang dihormati masyarakat, dan tempat-tempat yang disakralkan oleh masyarakat. Pada hari Kamis---malam Jumat---masyarakat yang beragama Islam biasanya berziarah di makam sanak saudaranya atau keluarganya. Selain itu, masyarakat yang beragama Islam biasanya juga berziarah ke makam sanak saudaranya atau keluarganya saat lebaran. Mereka membersihkan makam, menabur bunga, dan mengirim doa. Sedangkan, bagi peziarah yang berkunjung ke makam-makam wali atau seseorang yang dimuliakan, biasanya tidak ada waktu tertentu untuk melakukan ziarah. 

Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang sering didatangi oleh para peziarah. Hal ini tidak terlepas dari terdapatnya makam-makam para Wali Songo yang ada di Pulau Jawa. Peziarah biasanya berziarah secara estafet. Dari satu makam wali ke makam wali lainnya. Oleh karena itu, aktivitas ziarah seperti ini dikenal pula sebagai wisata religi. Dikutip dari Kompas (2022), ada lima wali dari Wali Songo yang dimakamkan di Jawa Timur. Wali-wali tersebut adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim yang ada di Gresik, Sunan Ampel yang ada di Surabaya, Sunan Giri yang ada di Gresik, Sunan Bonang yang ada di Tuban, dan Sunan Drajat yang ada di Lamongan. Kemudian, ada tiga wali yang dimakamkan di Jawa Tengah. Wali-wali tersebut adalah Sunan Muria yang ada di Kudus, Sunan Kalijaga yang ada di Demak, dan Sunan Kudus yang ada di Kudus. Sedangkan, di Jawa Barat hanya terdapat satu wali, yaitu Sunan Gunung Jati yang ada di Cirebon. Kesembilan makam wali ini cukup sering didatangi oleh para peziarah. Bahkan, peziarah yang berziarah bukan hanya dari Pulau Jawa saja melainkan peziarah juga datang dari luar Pulau Jawa. 

Persepsi Masyarakat terhadap Ziarah

Ziarah selain dipersepsikan sebagai bentuk peringatan akan kematian dan sebagai bentuk penghormatan bagi orang yang telah meninggal. Ziarah juga menjadi bentuk pencarian ketenangan batin bagi manusia. Manusia tak selamanya dapat menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan kuasanya. Karena adanya keterbatasan dalam penggunaan akal pikiran dan pengetahuan yang tak dapat menjawab segala permasalahannya, manusia membutuhkan pihak atau sosok yang dapat memberikannya ketenangan pada batinnya. Haviland (dalam Haryono, 2012) mendefinisikan religi sebagai kepercayaan dan pola tingkah laku manusia yang digunakan untuk menyelesaikan segala permasalahannya yang tak dapat terselesaikan dengan akal pikirannya. Oleh karena itu, dalam menyelesaikan masalahnya, manusia membutuhkan sosok yang memiliki kekuasaan yang lebih besar dan dahsyat di luar dirinya sendiri untuk membantunya menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.

Religi menjadi ruang bagi manusia untuk mencari ketenangan batin dan mencari solusi atas segala permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Ziarah menjadi salah satu medium yang digunakan manusia untuk mendapatkan ketenangan tersebut. Masyarakat percaya bahwa ketika berdoa di makam-makam wali atau makam-makam yang dimuliakan doanya akan segera dikabulkan oleh Tuhan. Anggapan tersebut masih berkembang hingga saat ini di dalam masyarakat. Tak jarang, peziarah jauh-jauh datang dari tempat asalnya ke sebuah makam atau tempat yang dimuliakan agar dapat memanjatkan doa agar harapan-harapannya dapat segera terkabul.  Kondisi seperti ini yang turut mewarnai tujuan dari dilaksanakannya ziarah. 

Fungsi Ziarah dalam Teori Fungsionalisme Bronislaw Malinowski

Dalam ilmu Antropologi terdapat banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli Antropologi. Teori-teori tersebut seperti teori evolusi sosial, teori difusi, teori fungsionalisme, teori struktural fungsionalisme, teori ekologi budaya, dan sebagainya. Dalam mengkaji tradisi ziarah, teori fungsionalisme sejatinya dapat menjelaskan mengapa manusia berziarah bukan hanya sebagai bentuk peringatan akan kematian, penghormatan kepada orang yang telah meninggal, dan sebagai bentuk ibadah saja melainkan lebih daripada itu. Teori fungsionalisme dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski. Bronislaw Malinowski merupakan seorang Antropolog yang lahir pada tahun 1884 di Cracow, Polandia.  Dalam bukunya yang berjudul A Scientific Theory of Culture and Others Essays, Bronislaw Malinowski mencoba mengembangkan teori fungsionalismenya. Bronislaw Malinowski (dalam Koentjaraningrat, 2014) menyatakan bahwa segala kegiatan kebudayaan manusia bertujuan untuk memenuhi serangkaian kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya. Jenis kebutuhan-kebutuhan tersebut seperti kebutuhan biologis---meliputi konsumsi dan reproduksi---kebutuhan psikologis, kebutuhan instrumental---meliputi pendidikan dan hukum---kebutuhan integratif---meliputi agama atau kepercayaan dan kesenian.

Jika dikaji menggunakan teori fungsionalisme Bronislaw Malinowski, maka tradisi ziarah dapat memenuhi kebutuhan psikologis manusia berupa ketenangan batin. Pada dasarnya, manusia tidak dapat menyelesaikan semua permasalahannya dengan menggunakan akal pikirannya saja melainkan manusia membutuhkan pihak atau sosok yang memiliki kekuasaan di luar kekuasaannya. Manusia mencoba berziarah ke makam-makam wali atau makam-makam seseorang yang dimuliakan agar doa-doanya dapat segera dikabulkan oleh Tuhan. Dengan adanya anggapan bahwa dengan berdoa di makam wali atau seseorang yang dimuliakan, doa-doanya akan segera terkabul, maka ziarah dapat memberikan dampak berupa ketenangan batin bagi manusia dalam menjalani kehidupannya dan menyelesaikan segala permasalahannya. 

Ziarah yang telah menjadi sebuah tradisi dan masih dijalankan oleh masyarakat hingga saat ini tak hanya dimaknai sebagai bentuk peringatan akan kematian, penghormatan kepada seseorang yang telah meninggal, dan sebagai bentuk ibadah. Ziarah juga difungsikan oleh manusia untuk mendapatkan ketenangan batin. Hal ini tak terlepas dari keterbatasan manusia dalam menghadapi segala permasalahan yang menimpanya. Selain itu, adanya anggapan bahwa berdoa di makam wali atau seseorang yang dimuliakan doanya akan segera terkabul menjadikan ziarah sebagai sebuah tradisi yang masih dijalankan oleh masyarakat hingga saat ini. Oleh karena itu, besar kemungkinan ziarah dipertahankan oleh masyarakat guna mendapatkan ketenangan batin selain sebagai bentuk peringatan akan kematian, penghormatan kepada seseorang yang telah meninggal, dan sebagai bentuk ibadah.

Daftar Pustaka

Haryono, T. J. S. (2012). Pengantar Antropologi. PT Revka Putra Media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun