Mohon tunggu...
Didi Suprijadi ( Ayah Didi)
Didi Suprijadi ( Ayah Didi) Mohon Tunggu... Pendidik, pembimbing dan pengajar

Penggiat sosial kemasyarakatan,, pendidik selama 40 tahun . Hoby tentang lingkungan hidup sekaligus penggiat program kampung iklim. Pengurus serikat pekerja guru.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bimas, Swasembada Beras Zaman Soeharto

5 Oktober 2025   20:44 Diperbarui: 5 Oktober 2025   20:44 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penen raya Soeharto bersama ibu Tien, sumber Kompas.com

Setelah program Bimbingan Massal selesai, kemudian dilanjutkan dengan program Intensifikasi massal. Program ini fokus pada Panca usaha tani. Yaitu penggunaan bibit unggul seperti bibit PB 5 , C 4 dan lainnya. Pengolahan tanah yang baik, traktor dan mesin pembajak mulai digunakan oleh para petani di desa desa. 

Pemupukan dengan dosis yang tepat maka mulai  dikenal dengan pupuk anorganik seperti TSP dan urea. Pemberitahuan hama dan penyakit tanaman padi , petani dikenalkan dengan pestisida. Terakhir pengairan yang memadai dengan pembangunan irigasi modern.

Prinsip gotong royong diterapkan bersama pemerintah dengan memberikan subsidi untuk varietas bibit unggul, pestisida dan pupuk. Prinsip gotong royong juga bersama perbankan dengan memberi kredit murah kepada petani.

Puncaknya program ini berhasil menjadikan Indonesia swasembada beras mulai tahun 1980 hingga tahun 1994.

Pada tahun 1984 Indonesia memproduksi beras hingga 27 juta ton padahal kebutuhan beras dalam negeri hanya 25 juta ton. Indonesia bukan hanya bisa swasembada beras tetapi juga kelebihan produksi beras.

Swasembada beras yang dicapai oleh Indonesia kemudian diakui oleh Dunia. FAO badan organisasi pangan dunia pada tahun 1985  memberikan medali emas kepada Indonesia atas keberhasilannya dalam program swasembada beras. Soeharto diundang oleh PBB untuk berpidato menceritakan keberhasilannya dalam meningkatkan taraf hidup petani.

Tahun 70 an awal awal program bimas dijalankan sudah terasa hasilnya, hasil panen petani melimpah, dimana tumpukan padi berserakan di mana mana. Padi tidak lagi dalam bentuk gedengan tetapi langsung rontokan menjadi gabah.

Saat itu terjadi perubahan cara memanen padi oleh petani sebelum nya dengan menggunakan Ani Ani beralih dengan alat arit, hingga mesin pemotong padi. Dari satu satu tiap malai padi dipotong menjadi banyakan cara memotong nya.

Ayah didi remaja saat itu merasa bangga melihat dimana banyak tumpukan gabah, yang sebelumnya jarang melihat gabah di setiap pelataran rumah warga. Lebih bangga lagi ayah didi melihat ada kapal kecil setiap saat melintas di atas sawah sambil menyemprotkan pestisida. Intensifikasi pertanian menyemprot padi menggunakan pesawat udara.

Bimas, Bimbingan Massal menghasilkan padi secara massal, puncaknya Indonesia bisa swasembada beras. Beras melimpah harga pun murah petani menjadi cerah.

Mungkinkah presiden Prabowo Subianto Djojohadikusumo akan mengulang sukses Mertuanya? Jendral Soeharto dalam program swasembada beras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun