Mohon tunggu...
Y Tri Mujiadi Putranto
Y Tri Mujiadi Putranto Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - *)analis dan praktisi forex. https://www.forexobos.com email: info@forexobos.com

Sedang mencari pencerahan untuk mewujudkan jatidiri. email: info@forexobos.com url: https://www.berita-wali.info

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencapai Perwujudan Jatidiri Manunggal dengan Tuhan

29 Oktober 2019   02:51 Diperbarui: 29 Oktober 2019   03:05 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

tak kenal dirinya sendiri maka tak kenal tuhannya.

manusia tidak akan mungkin mencapai makrifat, atau mengenal dekat dengan tuhannya sebelum mengenal jatidirinya sendiri. kebanyakan orang lupa berproses untuk mengenal jatidirinya sendiri. sudah terlalu disibukkan dengan urusan duniawi, mulai dari jaman kanak-kanak, sibuk dengan urusan belajar di sekolah hingga dewasa belajar di perguruan tinggi, lulus sekolah dilanjutkan sibuk dengan urusan pekerjaan dan menikah. setelah menikah sibuk dengan urusan rumah tangga. lupa atau melalaikan urusan tentang dirinya sendiri. tidak mengenal siapa sesungguhnya jatidirinya.

lebih parah lagi hingga tidak mengenal jiwa dan siapa ruh yang mendukung hidupnya. pendidikan dan pelajaran agama lupa mengajarkan proses pencarian dan pencapaian jatidiri secara khusus dan spesifik. agama sebagai jalan mengenal tuhan. padahal seperti pembuka tulisan ini adalah kutipan dari ayat quran yang menyebutkan: tak mengenal tuhannya, manusia yang tidak mengenal dirinya sendiri. sudah seharusnya pelajaran pendidikan agama fokus mengajarkan pengenalan pada jatidiri.

asal usul penciptaan, siapa ruh dan jiwa kita, untuk apa tujuan sesungguhnya manusia dihidupkan di muka bumi secara hakiki tidak diajarkan secara mendetil. kepercayaan manusia jawa nusantara sejak jaman dahulu sudah mengenal hakikat dan perjalanan hidup ruh. tentang manusia sesungguhnya mempunyai 4 ruh saudara kembar dan pancer (sedulur papat limo pancer, 4 saudara kembar dan yang kelima pusat atau pancer)

saya belum bisa membuat definisi tentang perbedaan ruh dan jiwa. bahasa seringkali menjadi pembatas pemahaman tentang hakikat. ilmu hakikat mengajarkan untuk tahu, mengerti dan memahami. tetapi menerangkan dengan kata-kata seringkali terbentur dengan penggunaan istilah menjadikan salah arti atau salah paham. jadi hakikat tidak untuk diterangkan tetapi untuk dipahami dan dimengerti. dengan jalan mengalami sendiri dengan melakukan perjalanan spiritual. 

ruh bisa diterjemahkan sebagai spirit, dan jiwa atau atma adalah soul. dengan melakukan perjalanan spiritual akan mampu memahami dan mengerti hakikat ruh dan jiwa. bisa memahami mengapa jiwa bisa sakit dan menderita. bahwa manusia hidup bisa kehilangan ruhnya. jiwa adalah yang membuat manusia hidup, ruh adalah pendukung, pelindung atau yang mengajar kita menjadi tahu dan mengerti.

semadi, meditasi atau tapa brata adalah salah satu jalan mengenal dan mewujudkan jatidiri sempurna. melakukan olah batin dan olah pikir menghidupkan ruh dan mengolah ruh. manusia yang telah berhasil menyempurnakan dan mencapai puncak jatidiri akan secara otomatis manunggal dengan tuhannya. minimal melewati satu proses lingkaran roda perjalanan ruh. mulai level 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0, 1, 2, 3 dan terakhir level 4 tingkat kedua. mengenal halikat ruh dan jiwa. mulai level 1 sesungguhnya manusia adalah benda mati, berturut turut level 2, ruh manusia adalah berasal dari ruh tumbuhan, level 3 ruhnya pernah hidup menjadi ruh hewan, dan 4 ruh manusia normal kembar 4 dan 1 pancer. pancer inilah spirit dari dzat maha luhur maha suci atau tuhan yang haq. naik level 6, 7, 8, 9 dan 0 bukan kosong tapi penuh. kembali dari 1, 2, 3 dan 4. satu putaran roda perjalanan ruh. paling cepat 1 tahun sekali naik 1 level jika menjalankan meditasi dengan rutin dan kontinyu. target hasil pencapaian jatidiri adalah ketentuan sang pancer mengenalkan dirinya pada kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun