Mohon tunggu...
Didi Eko Prasetio
Didi Eko Prasetio Mohon Tunggu... Human Resources - “Setiap dan semua bagian dari dunia ini adalah perangkap bagi yang jahil dan perangkat kebahagiaan bagi yang bijak.” Rumi

Seorang penggiat dunia digital yang tekun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diplomasi Islam yang Dilakukan oleh Para Rasul

3 November 2019   00:35 Diperbarui: 3 November 2019   00:36 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Diplomasi merupakan taktik atau seni bernegosiasi untuk mencapai tujuan dan kepentingan suatu Negara atau kaum, sedangkan untuk Diplomasi Islam adalah seni bernegosiasi yang dilakukan utnuk mencapai suatu kepentingan suatu negara atau yang dilakukan berdasarkan dengan nilai-nilai dan kaidah ajaran Islam. Praktek diplomasi islam pertama kali dilakukan jauh sebelum jaman Nabi Muhammad SAW salah satunya dipraktek kan oleh Nabi Sulaiman A.S. Kisah itu pun di abadikan di dalam Al-quran pada Surat An-Naml, al-kisah Nabi Sulaiman A.S mendapatkan laporan dari burung hud-hud bahwasan nya di negeri seberang terdapat kerajaan yang di kepalai oleh seorang ratu yaitu Ratu Bilqis, dan kemudian Nabi Sulaiman A.S memerintahkan kepada Ratu Bilqis melalui perantara burung hud-hud untuk beriman kepada Allah SWT, akan tetapi Ratu Bilqis sombong. Ratu Bilqis menantang Nabi Sulaiman A.S untuk memindahkan singgasan nya dengan cepat didepan singgasan kerajaan Nabi Sulaiman A.S dan ternyata salah satu jin Nabi Sulaiman A.S dapat memindahkan singgasana kerajaan Ratu Bilqis dengan sekejap mata sebelum mata berkedip. Pada saat itulah Ratu Bilqis akhirnya tunduk kepada Nabi Nabi Sulaiman A.S  dan mau beriman kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW juga tak kalah mahir kemampuan nya dalam berdiplomasi. Contohnya ketika peletakan batu suci Hajar Aswad pada tahap akhir proses renovasi pembanguna Kabbah. Pada saat itu umur beliau 35 Tahun dan beliau aktif terlibat dlaam proses pembangunan renovasi Kabbah. Awal mula proses renovasi itu suku-suku Mekkah Bersatu padu dan bahu-membahu dalam penyelesain renovasi tersebut, akan tetapi ketika proses renovasi pembangunan Kabbah sudah memasuki tahap akhir yaitu pada tahap peletakan batu suci Hajar Aswad tersebut mulai terjadi perselisihan antara suku-suku Mekkah mengenai siapakah yang berhak meletakkan Hajar Aswad di tempat semula. Lalu beliau dating dan berkata "siapa yang esok pagi lebih dahulu dating ke tempat pembangunan renovasi Kabbah maka ialah yang berkah meletakkan Hajar Aswad di tempat semula" dan hari pun berganti ternyata yang datang pertama kali ke tempat proses pembangunan Kabbah adalah Raulullah SAW, maka Rasulullah lah yang berhak meletakkan Hajar Aswad di tempat semual. Akan tetapi Rasulullah SAW bukan lah seorang yang egois beliau pun memutuskan untuk mengajak pemimpin Suku-suku Mekkah untuk bersama-sama membantu dalam peletakkan Batu suci Hajar Aswad ditempat nya dengan cara tiap-tiap sudut sorban dipegang oleh masing-masing kepala suku mekkah yang diatasnya terdapat Hajar Aswad yang kemudian bersama-sama diangkat menuju tempat semula batu suci Hajar Aswad dan Rasulullah SAW yang akan menaruh/meletakkan Hajar Aswad tersebut di tempat asalnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun