Ya, memang benar kalau hubungan yang sehat dan bermakna itu penting artinya untuk sebuah kebahagiaan. Dan benar juga kalau ekstrovert lebih banyak menghabiskan waktu untuk berhubungan dengan orang lain dan mereka pun lebih menikmati saat-saat itu.
Beberapa penelitian mengatakan kalau perbedaan paling mendasar antara introvert dan ekstrovert itu terkait dengan sistem dopamin di otak mereka. Otak ekstrovert lebih termotivasi untuk mendapatkan rewards dari luar, termasuk interaksi sosial, dibandingkan dengan otak introvert.
Hal itu berarti pula bahwa ekstrovert cenderung lebih mungkin mengalami emosi positif dibandingkan dengan introvert.
Fakta di lapangan membuktikan kalau masyarakat kita memang cenderung lebih memuji karakter ekstrovert dibandingkan introvert. Biasanya mereka mendefinisikan ekstrovert sebagai orang yang supel, asyik, dan enak diajak bergaul.
Introvert umumnya memang cenderung ngga merasakan kebahagiaan sebesar ekstrovert, tapi itu bukan berarti kalau introvert ngga bisa bahagia juga.
Bagaimanapun, apapun karakter kamu, yang namanya berbahagia itu banyak manfaatnya untuk diri kamu.
Satu hal yang secara konsisten disampaikan dalam penelitian tentang kebahagiaan adalah pilihan dan perilaku kamu, yaitu sesuatu yang bisa kamu kendalikan, punya pengaruh besar terhadap kebahagiaan yang kamu rasakan.
Bagaimana introvert bisa meningkatkan kebahagiaan
Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan, sebagai introvert, supaya bisa lebih bahagia.
Lihat diri kamu secara utuh
Yang namanya introversi dan ekstroversi itu hanyalah sebuah skala. Ngga lebih.
Malah faktanya, kita semua berada di antara dua kutub ekstrim itu, antara introvert dan ekstrovet. Memang akan ada kecenderungan pada satu sisi. Tapi, itu juga artinya sangat jarang ada orang yang sangat introvert atau sangat ekstrovert.