Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mungkinkah Indonesia akan Selalu Dipuja?

16 Agustus 2020   01:05 Diperbarui: 16 Agustus 2020   05:26 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: (Shutterstock) via Kompas.com

Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraannya, secara tegas menyatakan bahwa pandemi Covid-19 haruslah dimaknai bukan sebagai sesuatu yang buruk dan negatif, melainkan harus dilihat sebagai kesempatan untuk kita berbenah. Pandemi ini tidak boleh membuat semangat kita menjadi kendor dan pasrah pada keadaan. Justru kita harus bangkit melawan dengan 'membajak' situasi ini melalui kreatifitas dan inovasi terbaik agar roda kehidupan kita terus bergerak naik.

Lain dari pada itu, di perayaan akbar ini, kita juga harus mengakui dengan bangga bahwa dari bidang pemerintahan, ipoleksosbudhankam masih kokoh dan terus berkembang sekalipun di masa pandemi. Sistem ideologi politik ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, perlu dijaga dan berkeseimbangan agar kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih kuat dan bisa bersaing secara global. 

Yang sangat disayangkan adalah kita kadang hanya melihat berbagai persoalan yang terjadi, tapi sukar untuk mencari solusi. Kita kadang hanya mengkritik tanpa melakukan suatu inovasi yang bisa dijadikan usulan. Kita terlalu sibuk dengan hanya melihat kekurangan yang ada, sampai lupa untuk memberikan apresiasi terhadap pencapaian Indonesia yang semakin maju dari tahun ke tahun. Padahal, dunia Internasional sudah sering memberikan apresiasi terhadap Indonesia.

Dari sini, maka pertanyaan dasarnya adalah, sudah sejauh mana Indonesia dipuja para bangsa? Pernahkah kita memuja bangsa kita sendiri dengan sesuatu yang nyata? Kalau membaca berita, kita akan menemukan cukup banyak Negara di dunia yang selalu memuji Indonesia. Pada berita di koranbernas.id, ditemukan bahwa kalangan dunia internasional memuji Indonesia yang mampu mempertahankan nilai-nilai dan tradisi, terutama tradisi keislaman yang selama ini dipegang teguh oleh kalangan warga Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah. 

Tradisi inilah yang merepresentasikan Islam rahmatan lil alamiin. Setidaknya inilah pandangan Executive Director American Islamic Congress, Zainab Al-Suwaij, dalam konferensi pers pemaparan hasil The 2nd Global Unity Forum 2018, Forum Lintas Agama Lintas Negara, Jumat (26/10/2018), di Hotel Marriot Yogyakarta.

Lain dari pada itu, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Jenderal TNI (Purnawirawan) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia banyak dipuji oleh negara-negara di dunia karena kepemimpinan Presiden RI saat ini. Dalam pengalamannya, ketika diundang mengikuti Forum Ekonomi Dunia atau dikenal dengan nama World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 22-25 Januari 2019, berbagai negara peserta dalam forum tersebut menyebutkan Indonesia merupakan negara yang paling stabil di antara negara-negara berkembang saat ini.

Saya kira, dua contoh di atas, hanya merupakan gambaran kecil yang disuguhkan pada kita untuk menujukkan bahwa Indonesia masih diakui oleh banyak Negara di dunia. Masih ada banyak sekali pujian dan penghargaan serta pengakuan dari Negara lain terhadap perkembangan Indonesia yang diakui secara internasional. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita berbangga atas semua pencapaian dan pujian yang diberikan. 

Kendati demikian, kita tidak boleh hanyut dan terbuai dalam pujian. Kita jangan cepat puas dengan apa yang sudah diperoleh saat ini. Sebagai warga Negara yang baik, alangkah indahnya kalau kita memupuk terus semangat perjuangan guna memajukan Indonesia. Untuk itu, salah satu kunci kesuksesan adalah dengan berkolaborasi menciptakan inovasi di berbagai bidang kehidupan. Kecepatan dan inovasi haruslah disemangati oleh spirit gotong royong, sehingga Indonesia tidak kalah bersaing dengan Negara maju lainnya.

Perbedaan janganlah dijadikan alasan untuk tidak bersatu. Perbedaan adalah kekayaan yang patut dijaga dan dirawat sehingga menjadi aset berharga yang bisa dinampakkan pada dunia. Perbedaan dan keberagaman suku, agama, ras dan etnik yang ada di Indonesia adalah aset berharga yang tidak dimiliki bangsa lain.

Kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) adalah milik kita yang patut dilestarikan. Hanya Indonesialah yang memiliki 17.504 pulau, dengan 7.870 di antaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama. Hanya Indonesia saja yang memiliki lebih dari 1.200an kelompok etnik atau suku (BPS 2010). 

Hanya Indonesialah yang memiliki 652 bahasa daerah yang berbeda (Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2017), dan masih banyak lagi keunggulan serta kekhasan yang tidak dimiliki Negara lain. Dari semua ini, masih pantaskah kita meragukan keunggulan Indonesia? Masih ragukah kita akan kehebatan Indonesia? Jawabannya ada dalam diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun