Mohon tunggu...
Muhamad Rizky Maryono
Muhamad Rizky Maryono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Film dan Televisi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Psikologi Seorang Anak Ketika Mengalami Broken Home pada Keluarganya

12 April 2021   03:30 Diperbarui: 12 April 2021   03:42 2633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah tempat untuk bercerita , mengadu dan orang paling terdekat bagi sang anak. Jika remaja diharapkan pada kondisi “broken home” dimana orang tua mereka tidak lagi menjadi panutan bagi dirinya maka akan berdampak besar pada perkembangan dirinya.

broken home adalah perpecahan dalam keluarga. Broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian.

Kemungkinan Dampak psikis yang dialami oleh anak  yang mengalami broken home, anak  menjadi lebih pendiam, pemalu, bahkan despresi berkepanjangan. Faktor lingkungan tempat anak bergaul adalah sarana lain jika orang tua sudah sibuk dengan urusannya sendiri. Jika anak berada di lingkungan pergaulan yang negatif, karena keadaannya labil maka tidak menutup kemungkinan anak akan tercebur dalam lembah pergaulan yang tidak baik.

 perceraian adalah solusi yang menyakitkan bagi orangtua dan sang anak meskipun sang anak tidak terlibat langsung dalam konflik , setelah perceraian bagi orangtua masalah yang dihadapi  sudah selesai. Tapi nyatanya tidak ada anak yang harus menanggung Rasa kecewa,Kehilangan, sedih dan tidak aman. kebanyakan orangtua yang mengalami perceraian menganggap hanya masalah waktu bagi sang anak untuk menerima keadaannya, mungkin beberapa anak akan terbiasa pada pola kehidupan yang baru, namun kebanyakan anak akan sangat sulit menerimanya bahkan dalam waktu yang lama sekalipun.

https://www.posbunda.com/wp-content/uploads/2018/09/prtg-03_ciri-ciri-anak-broken-home_anak-duduk-menunduk-memangku-boneka_800x450_cc0-min.jpg
https://www.posbunda.com/wp-content/uploads/2018/09/prtg-03_ciri-ciri-anak-broken-home_anak-duduk-menunduk-memangku-boneka_800x450_cc0-min.jpg
peristiwa serupa pernah di alami oleh Siswi Berinisial IM (17)  di JawaBarat.  IM semasa sekolahnya dia anak yang berprestasi sampai mengikuti perlombaan tingkat Provinsi,  pertistiwa ini bermula ketika IM menginjak SMP kelas 2 pada saat itu  hubungan kedua orangtuanya mulai renggang. IM bercerita ayahnya memang jarang pulang, Dalam setahun pulang 3 kali pada saat Hari Raya Idul fitri dan Idul Adha.  IM mengetahui bahwa ibunya melakukan perselingkuhan secara terang terangan di depannya melalui Ponsel miliknya, ibunya yang selama ini sering diam di rumah mendadak sering berpergian keluar tanpa memberitahukan kemana ia pergi kepada IM.  

" aku selalu ngambek, nangis demi mencari perhatian mamah tapi mamahnya teh udah kaya buta gitu dia keluar keluar aja selingkuh ga peduli sama anaknya" Ujar IM 

IM memberitahu prilaku ibunya kepada ayahnya , hal ini berujung pada perceraian kedua orangtuanya. IM juga bercerita bahwa dia dan kakanya seringkali di perlakukan kasar oleh Ayah Tiri nya. pernikahan ke2 ibunya sangat berdampak pada pendidikannya,  IM yang tadinya aktif organisasi dan banyak prestasi di sekolahnya dia tinggalkan semuanya sampai IM bolos sekolah Selama 3 bulan. IM menjadi anak yang pendiam dan keluar kamar pun hanya untuk makan dan ke kamar mandi saja. 

" pengen banget punya waktu berdua sama mamah , ngobrol tentang aku kaya gimana sekolahnya?ada masalah apa nggak? aku tuh pengen dukungan secara real dan lebih memperhatikan aku gitu" Ujar IM 

hal yang paling dibutuhkan seorang anak adalah perhatian dan kasih sayang dari orangtua , Bagaimana jadinya ketika seorang anak yang sangat butuh perhatian orangtuanya  tetapi hubungan keluarganya tidak baik? apa perasaan sang anak saat itu?  jangan jadikan anak sebagai korban dari keegoisan orangtua, sejatinya anak hanya butuh perhatian dan kasih sayang yang tulus dari orangtuanya. Keluarga menjadi acuan pertama seorang anak dalam perkembangannya dan Masa depannya. jadi pikirkan kembali dampak apa yang diterima anak setelah perceraian.

https://cdn.idntimes.com/content-images/community/2017/04/large-21-7772b06d1b812ae55caabb7167b7b122.jpg
https://cdn.idntimes.com/content-images/community/2017/04/large-21-7772b06d1b812ae55caabb7167b7b122.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun