Mohon tunggu...
Diaz Ayu Rengganis
Diaz Ayu Rengganis Mohon Tunggu... Mahasiswa - yayazzzz

cita-cita menjadi author au

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nostalgia Belajar Mengaji bersama Sosok-Sosok Hebat Ini

26 Mei 2022   07:40 Diperbarui: 26 Mei 2022   07:49 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengaji adalah salah satu model pembelajaran dalam agama islam yang bertujuan untuk membaca, mempelajari, menghafalkan, dan mengamalkan Al-Qur'an. Mengaji diwajibkan bagi seluruh umat Muslim. Sudah sepatutnya ada pelajaran mengaji sejak dini. Dalam artikel kali ini, aku akan menceritakan sedikit kisah masa kecilku ketika belajar mengaji dan belajar ilmu-ilmu agama lainnya.

Sejak kecil, aku sudah diikutkan ke sebuah TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) di masjid sekitar lingkungan rumahku. Bukan hanya satu, setidaknya ada tiga TPA yang aku ikuti. Yang pertama ada TPA di Musholla Miftakhussalam, di mana guru mengajinya ada dua orang. Saat awal-awal muncul ide pengadaan TPA di masjid itu, yang menjadi guru mengaji ialah seorang imam di musholla tersebut. Namanya Suyatno, biasa dipanggil Lik Yatno. Umurnya kisaran 30 tahun keatas, namun sayangnya belum juga berniat untuk mengakhiri masa lajang. Ah! Biarkan saja itu menjadi masalah pribadinya, di sini aku hanya akan mengisahkan tentang kegiatan belajar mengaji dengan beliau. Awal mula aku mengikuti TPA dengan beliau adalah saat ibu menyuruhku ikut mengaji bersama dengan anak-anak di sekitar rumah ke musholla. Masih kuingat pertama kali aku ikut mengaji kala itu hanya ada sekitar 5 anak yang ikut. Kami mulai belajr mengaji setiap pukul tiga sore. Awal belajar mengaji dimulai dengan belajar membaca iqro' yakni mengenal macam-macam huruf hijaiyah.

Jika berbicara mengenai sosok Lik Yatno sang pelopor guru mengaji itu, sosoknya ada sosok yang baik dan tentunya sangat sabar mengajari kami yang kala itu masih buta dengan huruf-huruf Arab. Dalam keseharian beliau dikenal sebagai sosok yang ramah dan suka membantu. Bahkan tidak jarang pula beliau dimintai tolong oleh Ibu untuk memperbaiki listrik yang konslet atau air yang mati di rumah. Rumahnya tidak jauh dari rumahku, hanya beda RT saja. Keluarga beliau pun dikenal sebagai keluarga yang ramah. Rumahnya selalu aku lewati ketika aku pergi ke rumah nenek sehingga tidak jarang pula aku bersua dengan ibu beliau.

Seiring berjalannya waktu, kegiatan TPA di musholla itu semakin berkembang sehingga banyak anak yang belajar mengaji di sana. Materi belajar yang diajarkan pun masih seputar huruf-huruf hijaiyah dalam buku iqro'. Kami diajari dasar-dasar belajar mengaji dari awal. Barulah ketika murid di TPA tersebut semakin banyak bahkan berasal dari wilayah Rt lain, kegiatan TPA mulai dijadikan sebagai kegiatan rutin. Dengan ini juga Lik Yatno berhenti menjadi guru mengaji dan digantikan oleh guru mengaji yang baru. Yang tidak lain tidak bukan adalah Mbak Tatik, anak salah seorang takmir musholla yang kebetulan rumahnya berada tepat di samping musholla.

Semenjak TPA dipimpin oleh mbak Tatik, kegiatan mengaji menjadi lebih rutin dan teratur. Beliau menetapkan jadwal mengaji dua kali dalam satu minggu, yakni pada hari selasa dan sabtu. Materi yang diajarkan pun tidak hanya dasar-dasar mengaji saja namun juga ilmu-ilmu agama islam lain seperti bahasa arab, fiqih, akidah akhlak, dan lain-lain. Ada pula pembagian kelas untuk setiap tingkatan. Kelasnya dari kelas 1-4, kelas 1 untuk mereka yang masih perlu belajar dasar belajar iqro jilid 1-3 sedangkan kelas 2 untuk mereka yang sudah masuk iqro' jilid 4-6. Dan bagi mereka yang sudah masuk ke juz amma akan masuk ke kelas 3 kemudian jika sudah lulus akan naik ke kelas 4 pada kelas teratas karena sudah masuk ke kelas membaca Al-Quran.

Murid-murid TPA nya pun bermacam-macam, dari yang masih kecil hingga yang sudah masuk ke SMP. TPA dimulai dari pukul setengah tiga hingga pukul setengah lima sore. Kegiatan di TPA juga tidak melulu hanya belajar, setiap beberapa bulan sekali TPA akan mengadakan kegiatan perlombaan, baik antar murid se-TPA saja atau antar TPA di wilayah tempat tinggal kami.

Biasanya ada perlombaan akademik dan permainan tradisional seperti cerdas cermat, tartil Al-Quran, hafalan doa atau surat-surat pendek, lomba makan kerupuk, dan banyak lomba-lomba lain. Adanya kegiatan lomba ini dimaksudkan sebagai ajang refreshing bagi murid-murid TPA agar tidak bosan mengaji dan semakin semangat belajar dan mengamalkan nilai-nilai Al-Quran. Ada pula kegiatan banding TPA, yakni kegiatan TPA gabungan dengan TPA di masjid di rt sebelah.

Nah, mengenai mbak Tatik, nama lengkapnya Tri Hartatik, seorang ibu dua anak yang kala itu mengisi kesibukan di sore hari dengan mengajari anak-anak mengaji. Anaknya yang pertama, Aisyah namanya, sekarang tengah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Tremas dan anak keduanya laki-laki yang baru berusia kurang lebih satu tahun. Beliau adalah orang yang apa adanya, terkesan sabar dan telaten saat mengajari kami, baik dan ramah tentunya. Tidak galak, namun kami memahami jika beliau cenderung lebih tegas mengingat jumlah murid TPA yang semakin banyak sedangkan pengajarnya hanya satu. Tidak jarang pula ada beberapa murid yang sudah kelas atas turut membantu mengajari murid-murid dari kelas bawah.

Namun yang sangat disayangkan adalah kegiatan TPA tidak berlangsung lama dan aku pun akhirnya berhenti mengikuti TPA saat aku mulai memasuki jenjang SMP. Hal ini tidak lain tidak bukan dikarenakan karena Mba Tatik akan pindah ke kota setelah menikah lagi dengan suaminya yang sekarang. Karena tidak adanya guru pengganti, TPA secara tidak langsung bubar dengan sendirinya. Murid-murid yang dulunya dengan semangat mengaji, kini membubarkan diri dengan berhenti belajar mengaji. Baru tahun ini ada lagi TPA lingkup kecil di lingkunganku yang diajar oleh Lik Yatno di rumah salah satu murid.

Selain TPA di musholla Miftakhussalam, aku juga mengikuti TPA di masjid Al-Ikhlas. Masjidnya terletak di rt sebelah, yang juga merupakan masjid terbesar yang ada di lingkungan rw tempat tinggal kami. Murid-muridnya cukup banyak karena mencakup anak-anak dari 4 rt yang ada. Dengan banyaknya murid, tentunya pengajar yang ada juga banyak. Seingatku dulu ada Lik Yatno, Lik Marno, Mbak Sulis, Mbak Mita, dan kakak-kakak kelasku dulu. TPA ini juga menjadi ajang belajar gabungan karena lokasi masjid yang strategis dan berada di tengah-tengah. Namun lagi-lagi TPA ini tidak berlangsung lama. Hanya bertahan beberapa pertemuan saja, TPA ini sudah berhenti.

Tidak hanya TPA di masjid lingkunganku, aku dulu juga belajar mengaji di sekolah. TPA di sekolah ini diadakan setiap hari minggu dikarenakan jadwal pelajaran agama Islam di sekolah hanya ada satu kali dalam seminggu. Jadi adanya TPA di sekolah untuk menunjang pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Cukup banyak murid yang mengikuti namun tidak semua murid di SD itu ikut semua, hanya berlaku bagi mereka yang mau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun