Sumber Gambar: Pixabay
Bicara perihal pendidikan bagi penulis itu sangat penting. Bukan hanya menunjang karir di masa depan saja. Pendidikan juga mampu membawa penulis untuk melihat dunia dari ragam perspektif yang berbeda. Ajaibnya lagi dengan pendidikan penulis memiliki cukup relasi yang masing-masing expert dalam bidangnya. Selain mendapat insight baru, hal ini pun dapat membuka kesempatan untuk berkolaborasi.
Selintingan biaya kuliah yang mahal sempat membuat penulis mengurungkan niat untuk mengenyam pendidikan sarjana. Sebagai freshgraduate saat itu, penulis masih banyak memiliki ketakutan perihal biaya. Terlebih kedua orang tua dan saudara sudah memasrahkan tanggung jawab kuliah kepada penulis. Jadi kalau ingin kuliah ya harus membiayai sendiri.
Saat itu penulis sempat menyalahkan keadaan dan juga keluarga. Namun seiring berjalannya waktu penulis mulai memahami kondisi tersebut. Bahkan kejadian ini membawa penulis menuju pengalaman yang luar biasa yaitu bisa kuliah sambil bekerja.
Dua tahun memasuki dunia kerja penulis mulai memberanikan diri untuk survey kampus. Penulis sempat kaget melihat list biaya semester dan uang bangunan yang cukup tinggi untuk jurusan farmasi di Kota Bandung. Sampai pada akhirnya takdir membawa penulis untuk kuliah di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).Â
Selain biayanya sesuai dengan budget yang dimiliki, alasan lain penulis sesederhana karena di jurusan ini ada bidang jurnalistik yang akan dipelajari.
Di awal keputusan untuk kuliah sambil bekerja, penulis malah resign sebelum waktu kuliah dimulai. Pemikiran yang masih belum dewasa membuat penulis dengan sembrono mengambil keputusan yang sangat beresiko. Hanya berdasarkan sudah tidak cocok dengan rekan kerja membuat penulis ingin mengakhiri pekerjaan yang sudah menyambung biaya hidup selama dua tahun tersebut.
Di tengah menjadi pengangguran, penulis dengan percaya dirinya mampu membiayai kos dan kuliah. Tabungan yang sebelumnya dibanggakan lambat laun terkikis oleh biaya makan dan ongkos mencari pekerjaan baru.Â
Karena sudah terbiasa mandiri, saat itu rasanya malu jika harus kembali ke rumah orangtua. Namun karena uang sudah habis, akhirnya penulis menurunkan ego untuk sementara waktu tinggal bersama lagi.
Dari keputusan yang sembrono ini ternyata takdir membawa penulis untuk menemukan pekerjaan yang lebih baik. Selain waktunya yang flexible ternyata tempat kerja yang baru ini membawa penulis untuk bertemu dengan boss yang luar biasa. Sosok dan setiap kebaikan yang dilakukannya selalu menjadi inspirasi bagi penulis.Â
Masih penulis ingat gaji pertama di tempat kerja baru ini masih di bawah 1 juta. Wajar saat itu penulis masih menjadi freelance dengan waktu kerja dua hari dalam seminggu. Adapun tambahan jika mendadak rekan kerja penulis meminta untuk menggantikan saat mereka absen.