Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paskah, Rasul Thomas, dan "Quick Count"

21 April 2019   15:42 Diperbarui: 22 April 2019   04:32 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sebelum aku melihat dan mencucukan jariku pada hasil real count, sekali-kali aku tidak akan percaya!" mungkin begitu bila Thomas adalah pihak yang membutuhkan kepastian hasil pemilihan presiden. Thomas bisa jadi tidak akan percaya hasil "exit poll" atau "quick count" begitu saja. Dalam narasi di Injil, Yesus akan menampakkan diri pascakebangkitan. Kepada murid-muridnya yang ketakutan karena dikejar-kejar hingga mereka harus pergi dan berpindah dari rumah ke rumah.

Tentang kebangkitan sendiri tidak ada penjelasan detil bagaimana itu terjadi. Para perempuan yang pagi-pagi ke kubur hanya mendapati batu penutup sudah terguling. Dan jasad Yesus tidak didapati berada di tempatnya. Di dalam kubur itu ada (dua) malaikat yang berkata "Mengapa engkau mencari yang hidup di tempat orang mati?"

Sebelum berkata akan mencucukkan jari ke luka di lambung Yesus, bisa jadi Thomas duduk gelisah atau berjalan mondar-mandir beberapa hari. Logika pikirnya tidak mudah menerima fakta bahwa jasad Yesus tidak di tempatnya. Kalau hilang, siapa yang telah mencuri? Kalau Yesus hidup lagi, ke mana Ia pergi? Bisa jadi Thomas juga tidak bisa tidur memikirkan kejadian-kejadian itu.

Orang boleh saja menyangka Thomas memiliki iman yang lemah. Bahwa ia membutuhkan bukti. Ia tidak bisa percaya begitu saja. Tetapi olah pikir yang dikembangkan bukankah selalu menuntut pembuktian demikian? Tanpa bukti, hasil olah pikir dapat tidak diterima. Apalagi di ruang sidang tugas akhir.

Saya lebih percaya bahwa Thomas adalah salah satu murid yang memiliki iman sangat kuat. Setidaknya tidak dicatat bagaimana ketidakpercayaan Thomas kepada Yesus. Mempertanyakan bukti tidak serta merta merupakan bukti bahwa iman Thomas adalah lemah. Saya justru lebih melihat sikap kehati-hatian Thomas dalam bertindak. Thomas tidak mau "grasa-grusu".

Memang para pemuja nalar tidak akan dipuaskan oleh narasi Injil tentang kebangkitan. Kebangkitan dihadirkan sebagai fakta as it is. Pokoknya Yesus bangkit dari mati pada hari ketiga. Ini adalah salah satu pokok ajaran iman Kristiani. Pada faktanya, di sisi lain, tidak ada atau belum ada yang bangkit (atau dibangkitkan) dari kematian selama dan sejauh ini.

Sepertinya Thomas lalu "manut" dan percaya bahwa Yesus kelak memang bangkit melalui perkataan Yesus: "Berbahagialah yang tidak melihat namun percaya".

Menjadi percaya tidak selalu gampang. Tidak selalu sederhana. Ketika Yesus berkata dan mempersilakan Thomas mencucukkan jari ke dalam bekas luka dilambungnya, Thomas "mangu-mangu". Di satu sisi hendak membuktikan ucapannya. Di sisi lain tentu ada rasa kuatir kalau dianggap menyangsikan Yesus. Bukankah kemanusiaan selalu seperti itu: penuh keraguan!

"If you dont believe in random sampling, the next time you have blood test, tell the doctor to take it all". Kata AC Nielsen Jr. Frasa ini banyak dikutip hari-hari ini. Terutama ditujukan kepada pihak-pihak yang tidak percaya metode sampling untuk "quick count". Tetapi tidak percaya "quick count" juga bukan dosa. Tidak ada hukum yang mengharuskan mempercayai "quick count". Percaya "real count" memang hal yang lebih realistis.

Kiranya bukan tanpa makna bahwa pemilu dilaksanakan sebelum perayaan Paskah. 

| Prambanan | 21 April 2019 | 15.03 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun