Mohon tunggu...
Dian Suratri
Dian Suratri Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 17 Kota Bekasi

Ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai guru bahasa Indonesia dan memiliki hobi berpetualang menjelajah kegiatan alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis, Sebuah Kreativitas yang Membutuhkan Keberanian

2 Maret 2023   13:09 Diperbarui: 2 Maret 2023   13:36 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis merupakan salah satu keterampilan yang membutuhkan keberanian. Bukan hanya berani salah dalam menyusun kalimat, tetapi juga harus berani jika tulisan tetiba out of topic atau keluar dari topik tulisan. Sebagai seorang guru bahasa Indonesia, penulis bukanlah guru yang baik dan memiliki minat tinggi dalam menulis dan mengapresiasikan kata-kata melalui karya fiksi ataupun ilmiah. Tetapi beberapa hal atau kejadian yang dialami penulis membuat penulis pada akhirnya memutuskan bahwa, "guru dikenal karena karya, bukan gaya". 

Untuk menuis artikel inipun, penulis harus memiliki keberanian untuk memulainya. Ironis memang, ketika kita sebagai guru meminta peserta didik untuk menulis cerpen, puisi, dan artikel tetapi gurunya sendiri belum pernah menulis. Malu rasanya ketika Mas Menteri Nadiem Makarim menggaungkan pentingnya literasi dalam pembelajaran, sementara gurunya malas berliterasi. Seringkali gagal paham dalam memaknai literasi.

Literasi seringkali dimaknai dengan membaca, membaca, dan membaca.  Alberta (2009) dalam bukunya, literasi ialah kemampuan membaca dan menulis, menambah pengetahuan dan ketrampilan, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, serta kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dapat mengembangkan potensi dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Berbagai aplikasi yang menarik minat membaca peserta didik dari aplikasi berbayar hingga tak berbayar sudah meramaikan jagat media sosial, mulai dari wattpad, noveltoon, hingga fizzo novel hanya saja minat membaca tidak sebanding dengan minat menulis. 

Kegiatan menulis seringkali menjadi kendala dalam pembelajaran bahasa Indonesia, baik menulis karya fiksi dan nonfiksi, puisi, atau karya sastra lainnya. Alasan mereka cukup sederhana, yaitu takut salah dan bingung harus menulis apa. Kejadian ini pula yang tejadi ketika penulis mengajar di kelas Fase E kurikulum merdeka. 

Penulis sengaja merangsang peserta didik untuk menulis cerpen. Membangun imajinasi peserta didik dengan teknik kata berkait, sambung kalimat, hingga menjadi sebuah cerpen yang utuh. Untuk mengawalinya guru cukup membuat 3-4 kalimat sebagai pembuka cerpen, selanjutnya peserta didik bisa meneruskan kalimat yang telah dibuat guru. Tentu saja setiap peserta didik mulai membangun imajinasi dan membaca kalimat yang ditulis oleh temannya agar tercapai kalimat dan paragraf yang padu. Trik dan tips menulis cerpen melalui kata berkait bukanlah salah satu trik dalam menggali kreativitas menulis pada peserta didik, cerpen gram juga dapat dijadikan salah satu media atau cara untuk memudahkan peserta didik dalam menulis cerpen.

Menulis juga didefinisikan sebagai aktivitas menghasilkan pesan dalam dimensi sosial dan untuk tujuan tertentu. Apakah ada kendala dalam melaksanakan teknik kata berkait dalam menggali potensi peserta didik dalam menulis cerpen?. Beberapa kendala tentu saja akan ditemui selama pelaksanaan kegiatan tersebut, mulai dari kalimat yang tidak padu, hingga pada imajinasi yang "ngawur". Imajinasi seperti apa hingga masuk ke dalam kategori "ngawur"?

Mari kita sama-sama berimajinasi tentang "kayu", ada orang yang memanfaatkan kayu sebagai bahan bakar bagi orang yang tidak memiliki kompor, ada pula orang yang mendayagunakan kayu sebagai alat pukul untuk melindungi diri dari kejahatan. Tugas guru mengarahkan agar siswa memiliki satu imajinasi dengan kalimat yang telah ditulis peserta  didik lainnya hingga tercipta akhir cerpen yang ingin diharapkan peserta didik. Pada saat tengah perjalanan peserta didik belajar menulis cerpen guru juga bisa melakukan brainstorming atau curah pendapat untuk akhir cerita seperti apa yang diinginkan oleh peserta didik. 

Kekhawatiran peserta didik bisa dimanipulatif dengan afirmasi positif dari guru sebagai pembimbing pada saat menulis cerpen, biarkan peserta didik menulis kemudian berimajinasi, hingga menghasilkan sebuah cerpen yang diharapkan. Jika banyak kendala dalam kegiatan menulis imajinatif atau menulis cerita pendek adalah sebuah kewajaran karena minimnya materi pembelajaran cerita pendek pada sumber belajar yaitu buku pelajaran. Apakah trik ini berhasil untuk menumbuhkan minat siswa dalam menulis imajinatif? Walaupun belum maksimal, tetapi siswa sudah berhasil  menumbuhkan sikap sosial ke arah yang lebih positif dengan menulis imajinatif atau menulis cerpen selama pembelajaran menulis cerpen. Yakinkan siswa bahwa proses belajar adalah dari sebuah kesalahan. Karena menulis membutuhkan keberanian dan percaya diri.

      

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun