Mohon tunggu...
Dian Nitasari
Dian Nitasari Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Leadership Senin & Kamis 07.30

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Mark Zuckerberg Termasuk ke Dalam Postconventional Level?

25 Juli 2021   22:19 Diperbarui: 26 Juli 2021   13:09 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.hdwalle.com/2013/01/mark-zuckerberg.html

Jika kita melihat artikel berikut ini Kisah Gadis, Pemuda, Kapten Kapal dan Moral Seorang Pemimpin, kita dapat melihat bahwa terdapat lima tokoh yang memiliki peran berbeda-beda yang dapat dikaitkan dengan kepemimpinan ataupun pengikut. Dari kelima tokoh tersebut yang menarik untuk dibahas yaitu tokoh ke lima atau Pertapa-2. 

Tokoh ke lima yaitu Pertapa-2 merupakan tokoh yang dapat dijadikan sebagai pemimpin yang mampu melindungi dan juga membantu pegikutnya jika mengalami kesulitan, dimana dia tidak mementingkan kebutuhannya sendiri, akan tetapi dia juga mementingkan kebutuhan orang lain. Kebijaksanaan yang dimilikinya dapat meringankan beban orang lain yang menjadi pengikutnya. Terbukti dari kisah tersebut bahwa si gadis dibantu oleh Pertapa-2 tanpa harus memberikan imbalan, dimana Pertapa-2 mampu membantu dalam membayar ongkos pulang dan juga membantu gadis tersebut dalam memenuhi kebutuhan mendesak.

Rasa peduli yang tinggi yang dimiliki oleh Pertapa-2 dapat membantu pengikutnya sehingga dia dapat dipercaya baik dari segi tanggung jawab sebagai pemimpin yang peduli terhadap pengikutnya tanpa mengambil kesempatan dalam kesimpitan. Sehingga Pertapa-2 Ini digolongkan menjadi servant leader karena terbukti bahwa dia mampu mementingkan kepentingan orang lain atau pengikutnya, dan juga memiliki pengorbanan yang tinggi dalam membantu orang lain.

Terdapat contoh pemimpin yaitu Mark Zuckerberg,  merupakan pendiri Facebook yang bekerja sama dengan temannya yaitu Dustin Moskovitz, Eduardo Saverin dan Chris Hughes. Mark dalam memimpin pegawainya menggunakan gaya kepemimpinan yang terbuka, dimana dia berusaha membantu pegawainya yang mengalami kesulitan dan juga berusaha membantu pengikutnya untuk terhubung dan juga berusaha membagi segala sesuatu hal untuk kemajuan perusahaanya. Dan juga Mark sering memberi banyak bonus kepada para karyawan yang sudah bekerja dengan baik, agar mereka merasa bahagia dan dihargai, sehingga bisa bekerja lebih baik lagi.

Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Mark Zuckerberg yaitu partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan dimana semua individu memiliki kekuasaan setara dalam proses pengambilan keputusan bersama, terlepas dari jabatan dan pangkatnya. Salah satu ciri gaya kepemimmpinan pasrtispatif yaitu menekankan pada moralitas dan nilai-nilai, seperti karakteristik nya yang bijaksana, yang memiliki rasa empati tinggi karena, kepeduliannya terhadap pengikutnya yang terlihat bahwa dia sering memberikan bonus yang sudah bekerja dengan baik. Kepemimpinan partisipatif ini mampu berdiskusi dengan bawahan tentang keputusan, dimana pemimpin berusaha untuk meminta pendapat dan saran, mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan bertemu dengan bawahan di tempat kerjanya. Pemimpin partisipatif lebih mendorong pengikutnya untuk mampu berdiskusi dan saran kelompok.

Zuckerberg memiliki sifat yang sangat ramah, rendah hati, dan baik terhadap seluruh karyawannya, terbukti bahwa dia selalu berusaha untuk menyapa semua karyawannya,  dari kerendahan hatinya dapat terlibat bahwa dia tidak hanya mementingkan kebutuhannya sendiri, tetapi juga mementingkan kebutuhan pengikutnya, seperti sifatnya yang berusaha terbuka dan menerima kritik dari pegawainya. Dengan keterbukaannya itu menggambarkan bahwa dirinya peduli terhadap kebutuhan pegawainya.

Di dalam buku Richard L.Daft yang berjudul “The Ledership Experience” terdapat the ethical leader,  dan Mark Zuckerberg, merupakan pemimpin yang memiliki etika yang sangat baik terlihat dari kerendahan hati yang selalu menyapa semua karyawannya tanpa memandang status, memelihara kepedulian untuk kebaikan yang lebih besar, berusaha untuk memberikan keadilan untuk pegawainya. Sehingga dapat dinyatakan bahwa Mark merupakan pemimpin yang memiliki etika yang sangat baik.  

Jika melihat “Three Levels of Personal Moral Development” maka Mark ini termasuk kedalam Postconventional level, merupakan tingkat perkembangan moral pribadi di mana para pemimpin dipandu oleh seperangkat prinsip yang diinternalisasi yang diakui benar secara universal, dan juga berusaha menyeimbangkan kepedulian terhadap diri sendiri dengan kepedulian terhadap orang lain dan kebaikan bersama, mampu bertindak secara independen dan etis terlepas dari harapan orang lain.

Pemimpin yang berada di postconventional level biasanya visioner, dan memiliki komitmen untuk melayani orang lain, dimana dia berusaha menyelesaikan konflik moral dan menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepedulian terhadap orang lain dan demi kebaikan bersama. 

Kemudian Mark Zuckerberg juga merupakan pemimpin yang selalu mengharapkan feedback dari pengikutnya, karena baginya dengan adanya feedback dapat digunakan sebagai evaluasi dan komunikasi untuk membantu individu dan organisasi belajar dan meningkatkan kemampuan atau kinerjanya.

Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa Mark Zuckerberg merupakan pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif, terbuka, memiliki etika yang sangat baik, peduli terhadap pegawainya, dan juga memiliki moral yang tinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun