Tanaman gambir (Uncaria gambir) merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Sumatera Barat yang memiliki peran penting dalam perekonomian masyarakat. Tidak hanya menjadi sumber penghasilan bagi petani, gambir juga berkontribusi sebagai penghasil devisa negara, karena sekitar 80% produksinya diekspor ke berbagai negara, seperti India, Jepang, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, dan Filipina. Kandungan senyawa aktif seperti polifenol (tanin dan katekin), pirokatekol, lilin, dan alkaloid menjadikan gambir sangat diminati dalam berbagai industri, mulai dari farmasi, makanan, hingga kosmetik. Seiring meningkatnya permintaan pasar global, gambir seharusnya menjadi peluang besar bagi petani dan daerah penghasil. Namun sayangnya, produksi gambir justru mengalami penurunan. Berdasarkan data BPS tahun 2022, produksi gambir di Sumatera Barat tercatat menurun hingga 20% dibandingkan tahun 2015. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), khususnya penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen, yang hingga kini belum tertangani secara optimal.
Salah satu penyakit yang paling merusak adalah karat merah, yang diketahui disebabkan oleh alga merah Cephaleuros. Penyakit ini menyerang hampir seluruh bagian daun, baik daun muda maupun daun tua, dan ditandai dengan munculnya noda kemerahan seperti karat yang menutupi permukaan daun. Seiring waktu, bintik-bintik ini dapat melebar dan menyatu, membentuk bercak besar.
Selain karat merah, bercak coklat pada daun juga menjadi salah satu penyakit utama yang menyerang tanaman gambir. Penyakit ini disebabkan oleh jamur patogen dari genus Coronospora, Phomaceae, dan Oxypulaceae (Ditjenbun, 2012). Gejala yang muncul berupa bercak-bercak nekrotik berwarna kecoklatan pada permukaan daun, yang secara perlahan merusak jaringan daun tanaman. Kedua penyakit karat merah dan bercak coklat dapat menyebabkan kerusakan serius pada daun, yang berdampak pada menurunnya aktivitas fotosintesis, sehingga mengganggu pertumbuhan dan hasil panen. Daun yang terserang penyakit tidak hanya berkurang jumlahnya, tetapi juga menurun kualitasnya, karena kandungan senyawa penting seperti katekin dan tanin dalam getah gambir turut menurun. Hal ini tentu sangat merugikan, mengingat senyawa-senyawa tersebut adalah komponen utama yang menentukan kualitas dan nilai jual getah gambir. Meski gejala penurunan kualitas dan kuantitas sudah mulai terlihat, hubungan pasti antara tingkat keparahan penyakit dan penurunan hasil getah masih perlu dikaji lebih mendalam. Penelitian lebih lanjut menjadi sangat penting untuk mencari solusi pengendalian yang efektif dan berkelanjutan, agar produksi gambir tetap stabil dan berkualitas di tengah meningkatnya permintaan pasar.
Upaya pengendalian penyakit karat merah dan bercak coklat pada tanaman gambir sangat penting untuk menjaga kesehatan tanaman dan meningkatkan hasil panen. Salah satu langkah utama yang dapat diambil adalah menjaga sanitasi lahan, yang bertujuan untuk memutus siklus hidup patogen. Pengendalian gulma juga menjadi aspek krusial, karena beberapa patogen tanaman dapat bertahan hidup pada gulma atau tanaman liar sebagai inang alternatif. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman gambir berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya patogen, sehingga pembersihan rutin di area tersebut sangat diperlukan. Selain itu, penting untuk mengurangi kelembaban dan naungan di sekitar tanaman gambir, mengingat jamur penyebab karat merah dan bercak daun cenderung menyukai kondisi lembap dan teduh. Oleh karena itu, pengaturan jarak tanam yang tepat, pemangkasan cabang yang berlebihan, serta pengurangan naungan akan membantu memperlancar sirkulasi udara dan mengurangi kelembapan mikro, sehingga dapat mencegah penyebaran penyakit dan mendukung pertumbuhan tanaman yang lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA
 Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Budidaya Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb).
Nasution, M. A., & Rauf, A. (2021). Strategi Pengendalian Penyakit Tanaman Berbasis Lingkungan. Universitas Sumatera Utara Press.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI