Mohon tunggu...
Dianingtyas Kh.
Dianingtyas Kh. Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Biasa saja, tak ada yang istimewa. http://khristiyanti.blogspot.com/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pornografi dalam Musik Campursari

26 September 2011   04:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:37 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ketika saya sempat menjadi penyiar radio beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengampu mata acara campursari. Campursarian yang disiarkan siang hari saat orang beristirahat ini mendapat banyak penggemar, terutama dari kalangan 40 tahun ke atas. Kalau kita simak baik-baik, memang lagu-lagu ini enak sekali untuk disimak sembari leyeh leyeh. Sebutlah lagu Caping Gunung, Mawar Biru, Stasiun Balapan, dan lain-lain. Saya sendiri kadang sampai terkantuk kantuk mendengarnya.

Seingat saya, musik campursari sendiri baru mulai muncul sekitar tahun 1990-an. Waktu itu, lagu yang paling terkenal adalah lagu Gethuk yang dinyanyikan oleh Nur Afni Oktavia dan diciptakan oleh Manthous.  Namun, yang paling fenomenal tentu saja Didi Kempot. Lagu-lagunya sukses menembus pasaran baik yang asli maupun bajakan, hehehe...  Tentu, ini akhirnya membawa namanya ke taraf internasional seperti Belanda dan Suriname yang berkait erat dengan sejarah Indonesia, khususnya Jawa.

Nama campursari diambil dari bahasa Jawa. Hal ini terkait dengan instrumennya yang bisa dimodifikasikan dengan alat-alat musik lain, misalnya gamelan dengan instrumen barat. Dalam perkembangannya, musiknya bisa berupa campuran antara keroncong dan dangdut,  gamelan dan keroncong, serta gamelan dan dangut.  Liriknya tentu saja  menggunakan bahasa Jawa.

Kadang lirik ini terasa mendayu dayu, namun terkadang terasa nakal. Meskipun saya tak hafal, namun kadang ikut juga tersenyum jika ada yang terasa menyentil. Yang saya titeni, lirik lagu ini memiliki pengulangan bunyi yang sangat bagus. Parikannya sangat mengena. Saya pikir, nilai sastra bisa masuk juga di sini.

Namun, ada sedikit yang sempat menggelitik hati saya. Waktu itu, saya dan teman-teman sedang dalam perjalanan menuju kota Sukoharjo, mencarter bus mini. Di dalam bus, disetelkan VCD yang berisi lagu lagu campursari. Live show. Penyanyinya, wow... Berpakaian mini nan seksi. Dishoot dari bawah sehingga tampak sungguh seronok. Tampak di sisi bawah panggung, anak-anak kecil sedang melongo melihat aksinya.

Liriknya? Jangan ditanya. Bercerita tentang burung yang bisa menimbulkan konotasi negatif bagi pendengarnya meskipun ujung-ujungnya menceritakan tentang burung betulan, hahaha. Yah, mungkin saja saya yang berpikiran negatif, tapi teman-teman yang duduk dalam 1 bus juga berpikiran yang sama dan semua berkomentar yang sama: mengapa musik yang harusnya bagus menjadi terkesan porno begini?

Sangat disayangkan memang. Harusnya campursari ini bisa digunakan untuk media pembelajaran Bahasa Jawa. Namun, seorang guru tentu akan berpikir ulang jika lirik yang digunakan justru merupakan sesuatu yang mengarah pada pornografi. Apalagi jika ditambah dengan penampilan yang 'aduhai di atas panggung', ya.  Apa iya, kita juga harus membatasi anak untuk mendengarkan dan melihat campursari? Ah, agaknya tak perlu. Toh, anak-anak  juga sedikit sekali yang suka campursari. Tentu saja ini komentar pesimis dari seorang saya, yang orang Jawa dan ingin melestarikan budaya Jawa.  Sayang sungguh sayang.

Tulisan Senada dari keluarga Cengengesan:  Lagu Anak-Anak (Cengengesan) olehMira Aqila,  Anak-anak yang Bernyanyi di Jalan atau Televisi, oleh Afandi Sido ,  Inilah 10 Tembang Lawas Yang Sukses Dirilis Ulang oleh Nda Nya Nindya, Cengengesan Sambil Goyang Angklung, Bisa Tidak? oleh Emmanuelly Keisa. The Songs Goes On : Jazz Spektakuler Karya ‘Herbie Hancock’ oleh Valentino

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun