Mohon tunggu...
Dianingtyas Kh.
Dianingtyas Kh. Mohon Tunggu...

Biasa saja, tak ada yang istimewa. http://khristiyanti.blogspot.com/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money

Gelombang Cinta, Riwayatmu Kini

1 Juni 2011   03:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:59 2572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Melihat bunga gelombang cinta dan banyak anthurium lainnya, teringatlah saya pada suatu saat di mana bunga ini pernah berjaya. Begitu berjayanya sehingga semua orang penasaran ingin melihat dan memiliki bunga ini, meskipun dengan harga yang  fantastis. Sangat tak masuk akal, memang. Untuk bunga gelombang cinta yang agak besar dihargai dengan Rp1.500.000,00, harga yang sama dengan gaji pegawai negeri golongan III A saat itu. Kalau tak salah, mulai pertengahan tahun 2008, ya. Harga  yang  lebih fantastis, setahu saya diraih oleh anthurium  jenmanii. Bunga kecil dengan 5 daun saja harganya sudah ratusan ribu. Yang agak besar sampai 2 juta rupiah. . Saya rasa, fenomena gelombang cinta yang terjadi pada tahun itu sungguh tak masuk nalar. Bagaimana tidak? Ada orang yang bisa membeli motor baru secara kontan hanya karena menjual jenmanii. Sementara itu, ada pula orang yang rela menukar mobilnya dengan dua pot besar gelombang cinta. Ada yang rela bercerai dengan istrinya karena si istri marah karena suaminya menjual mobil dan menukarnya dengan gelombang cinta. Atau mungkin karena si suami lebih suka mengelus-elus bunganya daripada mengelus istrinya, hahaha. Wah, wah, demikian besarnya pengaruh gelombang cinta ini sehingga menyebabkan badai cinta dalam rumah tangga. . Kita ingat, pada saat itu euforia terhadap gelombang cinta dan teman-teman anthuriumnya serta merembet pada aglonema dan euforbia,  begitu besar.  Dan ternyata hal ini menimbulkan reaksi positif dalam bidang yang lain. Bermunculanlah toko-toko bunga yang pemiliknya lebih suka menamainya dengan nursery. Di mana-mana bermunculan toko-toko bunga baru berciri berpagar tinggi dan berjaring. Mungkin karena takut dicuri karena harga bunga yang begitu fantastis. Yang saya heran, dalam toko bunga itu terdapat bunga-bunga yang sudah tumbuh besar-besar. Berarti sebelumnya, bunga ini sudah dipelihara  hingga besar, baru kemudian dikeluarkan hingga booming gelombang cinta pada masa itu. . Selain nursery, yang juga banyak muncul adalah tabloid-tabloid tentang bunga. Tak terhitung jumlahnya, sampai namanya tak dapat saya ingat. Di dalam tabloid itu, terdapat ratusan gambar bunga dari berbagai jenis dan ukuran, lengkap dengan harganya. Geliat gelombang cinta ini juga kemudian mengarah pada pameran-pameran bunga yang juga marak dilakukan. Wah, wah, sungguh merupakan kegiatan ekonomi yang sangat dinamis. . Namun, sayang seribu sayang, setelah lebaran tahun 2008, semua geliat menggairahkan dari gelombang cinta itu tiba-tiba menyurut. Tak hanya menyurut, tapi turun drastis. Kalau saya hitung-hitung, mungkin hanya sekitar 3-4 bulan bunga ini merajai pasaran. Setelah itu sudah. Mengapa? Saya tak tahu. Mungkin bosan.  Atau hanya permainan ekonomi? . Jika memang ini hanya permainan, sungguh teganya si pembuat permainan. Banyak sekali korban berjatuhan karena gelombang cinta. Banyak suami bertengkar dengan istrinya, bahkan ada yang sampai bercerai. Banyak harta terjual untuk membeli gelombang cinta dengan harapan bisa memperoleh keuntungan berlebih. Namun, yang terjadi justru di luar harapan. Memang sudah ada orang yang memperoleh untung dari bisnis bunga raksasa ini, namun lebih banyak orang yang merugi karenanya. . Sekarang, saya lihat banyak gelombang cinta yang hanya teronggok begitu saja di teras rumah. Jauh beda perlakuan si pemilik terhadapnya dulu daripada ketika bunga ini lebih seharga emas. Jika dulu bunga ini diperlakukan secara istimewa, disemprot dengan halus per helai, diusap setiap helai daunnya dengan susu agar berkilat, maka sekarang jika pemiliknya masih mau menyiramnya saja sudah untung. Eh, ternyata disiram begitu saja bunga ini juga masih tumbuh, lho. Padahal, dulu ketika masih mahal, katanya bunga ini harus diperlakukan dengan hati-hati. . Saat melihatnya sekarang, saya hanya bisa terheran-heran: mengapa bunga ini dulu bisa membuat dunia berguncang, ya... Yah, namanya saja gelombang cinta. Bagaimana dengan Anda? Punyakah gelombang cinta di rumah? Saya punya. Alhamdulillah, tak sampai membuat rumah tangga saya bergelombang. Salam cinta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun