Mohon tunggu...
Dian Kandi Hartanti
Dian Kandi Hartanti Mohon Tunggu... Mahasiswa/Seni Rupa Murni/Universitas Brawijaya

Saya, Dian Kandi Hartanti, mahasiswa Pendidikan Seni Rupa asal Nganjuk, Jawa Timur, memiliki ketertarikan mendalam terhadap dunia seni, khususnya seni tradisi dan budaya lokal. Bagi saya, seni bukan hanya tentang keindahan visual, tetapi juga tentang nilai, makna, dan identitas. Dalam setiap proses berkarya, saya selalu berusaha menuangkan rasa ingin tahu dan ekspresi diri. Melalui kegiatan membatik dari rumah dengan teknik remasol, saya belajar bahwa melestarikan budaya tidak harus dilakukan di ruang besar atau dengan peralatan mahal. Cukup dengan kemauan, ketekunan, dan cinta terhadap budaya sendiri, kita sudah bisa berkontribusi menjaga warisan leluhur. Saya percaya bahwa setiap karya adalah cermin diri. Dalam batik, setiap goresan canting memiliki cerita, dan setiap warna menyimpan perasaan. Lewat karya kecil yang saya buat, saya ingin menunjukkan bahwa tradisi dan kreativitas dapat berjalan berdampingan, bahkan dari ruang paling sederhana — rumah saya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Batik Tak Harus dari Pabrik: Buat dari Rumah dan Tuangkan Kreativitasmu

8 Oktober 2025   22:30 Diperbarui: 8 Oktober 2025   22:30 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teknik pewarnaan Remasol mudah diaplikasikan di kain (Sumber: Dokumentasi Penulis)

NGANJUK

Di ruang belajar yang berubah menjadi studio mini, Dian Kandi Hartanti, mahasiswa program studi Pendidikan Seni Rupa, membuktikan bahwa semangat melestarikan batik bisa dimulai dari rumah sendiri. Melalui tugas mata kuliah Kreasi Seni Rupa Tradisi Jawa Timur, ia menciptakan karya batik menggunakan teknik pewarnaan sintetis remasol, yang dikenal praktis dan kaya warna.

Proses kreatif ini dimulai dari mencanting motif sederhana pada kain ukuran 51x46 sentimeter, hingga menghasilkan karya akhir berupa selendang berwarna cerah. Seluruh proses dilakukan secara mandiri, mulai dari perancangan desain, pencantingan, pewarnaan, pelorodan, hingga finishing.

“Setiap gores canting dan warna yang saya pilih punya makna. Dari proses ini, saya belajar bahwa batik bukan hanya tradisi, tapi juga cermin kepribadian dan ketekunan,” ungkap Dian.

Teknik remasol dipilih karena kemudahannya larut dalam air dan kemampuannya menghasilkan warna yang cerah. Meski tampak sederhana, proses pewarnaan tetap menuntut ketelitian tinggi agar warna tidak pudar saat pelorodan. Beberapa kali, Dian menghadapi kendala teknis—mulai dari suhu kompor yang tidak stabil hingga malam (lilin batik) yang terlalu encer. Namun, lewat eksperimen dan ketekunan, semua hambatan itu berbuah karya yang indah.

Proses Pengeringan setelah dilorot (Sumber: Dokumentasi penilis)
Proses Pengeringan setelah dilorot (Sumber: Dokumentasi penilis)

Salah satu hasil karyanya berjudul Swara Jiwa, yang memadukan motif flora, fauna, dan geometris. Batik ini menjadi representasi perjalanan diri dan harapan untuk terus tumbuh melalui seni. “Setiap warna punya suara, dan batik menjadi cara saya mendengarkan jiwa,” tulisnya dalam deskripsi karya.

Dosen pembimbing mata kuliah menilai proses ini bukan sekadar latihan membatik, tetapi juga bentuk nyata pembelajaran kreatif yang menanamkan disiplin dan rasa cinta budaya. Pembelajaran berbasis praktik seperti ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap pentingnya pelestarian batik sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.

Melalui kegiatan sederhana dari rumah, semangat membatik kembali menemukan maknanya: pelestarian budaya tidak harus dimulai dari pabrik besar, cukup dari satu canting, sehelai kain, dan kemauan untuk berkarya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun