NGANJUK,
Di ruang belajar yang berubah menjadi studio mini, Dian Kandi Hartanti, mahasiswa program studi Pendidikan Seni Rupa, membuktikan bahwa semangat melestarikan batik bisa dimulai dari rumah sendiri. Melalui tugas mata kuliah Kreasi Seni Rupa Tradisi Jawa Timur, ia menciptakan karya batik menggunakan teknik pewarnaan sintetis remasol, yang dikenal praktis dan kaya warna.
Proses kreatif ini dimulai dari mencanting motif sederhana pada kain ukuran 51x46 sentimeter, hingga menghasilkan karya akhir berupa selendang berwarna cerah. Seluruh proses dilakukan secara mandiri, mulai dari perancangan desain, pencantingan, pewarnaan, pelorodan, hingga finishing.
“Setiap gores canting dan warna yang saya pilih punya makna. Dari proses ini, saya belajar bahwa batik bukan hanya tradisi, tapi juga cermin kepribadian dan ketekunan,” ungkap Dian.
Teknik remasol dipilih karena kemudahannya larut dalam air dan kemampuannya menghasilkan warna yang cerah. Meski tampak sederhana, proses pewarnaan tetap menuntut ketelitian tinggi agar warna tidak pudar saat pelorodan. Beberapa kali, Dian menghadapi kendala teknis—mulai dari suhu kompor yang tidak stabil hingga malam (lilin batik) yang terlalu encer. Namun, lewat eksperimen dan ketekunan, semua hambatan itu berbuah karya yang indah.
Salah satu hasil karyanya berjudul Swara Jiwa, yang memadukan motif flora, fauna, dan geometris. Batik ini menjadi representasi perjalanan diri dan harapan untuk terus tumbuh melalui seni. “Setiap warna punya suara, dan batik menjadi cara saya mendengarkan jiwa,” tulisnya dalam deskripsi karya.
Dosen pembimbing mata kuliah menilai proses ini bukan sekadar latihan membatik, tetapi juga bentuk nyata pembelajaran kreatif yang menanamkan disiplin dan rasa cinta budaya. Pembelajaran berbasis praktik seperti ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap pentingnya pelestarian batik sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.
Melalui kegiatan sederhana dari rumah, semangat membatik kembali menemukan maknanya: pelestarian budaya tidak harus dimulai dari pabrik besar, cukup dari satu canting, sehelai kain, dan kemauan untuk berkarya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI