Bulu Lor, Semarang Utara (01/08/22) --- Maraknya kasus Kekerasan Berbasis Gender (KBG) yang terjadi di Indonesia membuktikan bahwa kesadaran akan kesetaraan gender masih kurang di lingkup kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Â
Kurangnya kesadaran akan kesetaraan gender ini juga membuktikan bahwasannya ketidaksetaraan gender (gender inequality) mengambil andil penuh dalam kehidupan bermasyarakat yang menyebabkan terjadinya Kekerasan Berbasis Gender (KBG).Â
Selain menyebabkan adanya KBG, kurangnya kesadaran masyarakat akan kesetaraan gender juga akan menyebabkan terjadinya diskriminasi, marginalisasi terhadap perempuan, subordinasi perempuan, kurangnya akses ke beberapa bidang seperti pendidikan, ekonomi, dan politik, rasisme, serta terbatasnya ruang gerak seorang individu.Â
Budaya patriarki yang mengakar kuat dan membelenggu masyarakat menjadi salah satu penyebab biasnya kesadaran dan pemahaman akan kesetaraan gender. Sebuah sistem sosial yang dibangun untuk menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral membuat kaum perempuan terisolasi dan tidak mempunyai akses lebih untuk berpartisipasi dan unjuk diri.Â
Tak hanya berdampak pada perempuan saja, nyatanya budaya patriarki juga turut serta menjerat kaum laki-laki.Â
Mereka dipaksa dan dituntut untuk menjadi pribadi yang gagah, perkasa, tidak lemah, dan harus bersikap sebagaimana ekspektasi masyarakat. Tekanan dan tuntutan dari budaya patriarki yang ada tentunya membuat sebagian dari mereka merasa tercekik dan terisolasi sehingga tidak mempunyai kekuatan lebih untuk mengekspresikan diri.Â
Dari berbagai dampak yang telah disebutkan, dapat terlihat dengan jelas bahwasannya patriarki adalah salah satu pokok penyebab adanya bias gender yang mengarah pada ketidaksetaraan gender.Â
Untuk melawan adanya bias gender, tentunya dibutuhkan partisipasi dan peran generasi muda untuk menumpaskan dan menghentikan adanya budaya patriarki yang telah turun temurun menginvasi tatanan sosial di masyarakat.Â
Peran generasi muda sangat dibutuhkan dalam pengimplementasian tersebut sehingga nantinya para penerus bangsa mampu hidup dengan bermodalkan asas kesetaraan gender untuk mengatasi berbagai masalah karena adanya ketimpangan gender.Â