Mohon tunggu...
Diana FitriHapsari
Diana FitriHapsari Mohon Tunggu... Sales - Mahasiswa Sosiologi

21 y.o Mahasiswa Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Fenomena Wanita Karir di Era Religius Kontemporer

18 Juni 2019   16:30 Diperbarui: 18 Juni 2019   17:44 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dewasa ini jumlah wanita karir semakin meningkat, bahkan wanita karir tidak hanya bekerja pada peeusahaan saja tetapi sampai merambah ke dunia politik. Wanita telah banyak bekerja di luar rumah dan banyak dari mereka menjadi wanita karir. Agama telah meletakkan dasar-dasar umum cara hidup bermasyarakat. Di dalamnya di atur hubungan antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Aturan itu telah mengatur dari mulai kegiatan kecil maupun skala besar. 

Di era kontemporer ini, terdapat berbagai permasalahan menyangkut manusia dan masyarakatnya. Diantaranya malah yang dijumpai adalah: apakah secara fitri manusia diciptakan sebagai bagian dari suatu keseluruhan? Apakah ada tekanan-tekanan tertentu yang memaksa manusia hidup bermasyarakat? Apakah karena belajar dari pengalaman bahwa manusia tidak mungkin hidup menyendiri sehingga ia terpaksa menerima batasan-batasan yang ditentukan oleh kehidupa bermasyarakat? 

Atau, apakah karena mungkin karena pemikiran dan  kemampuannya untuk membuat perhitungan yang akhirnya menyimpulkan bahwa dengan bekerjasama dalam hidup bermasyarakat akan lebih menikmati anugrah alam? Atas dasar beberapa pertanyaan tersebut, diperoleh tiga teori kehidupan bermasyarakat: 1) manusia bersifat kemasyarakatan, 2) manusia terpaksa bermasyarakat, 3) atas dasar pemikirannya, manusia memilih hidup bermasyarakat  (Suprayogo, 2006). Dari beberapa teori yang menggambarkan beberapa penyebab manusia memilih bermasyarakat, akan kita tarik satu pokok bahasan tentang fenomena wanita karir di era religius kontemporer.  Bagaimana wanita memilih jalan hidupnya menjadi wanita karir yang tentunya akan mempunyai kesibukan di luar rumah dan akan lebih bermasyarakat.

Secara historis telah terjadi dominasi laki-laki dalam semua masyarakat di sepanjang zaman. Laki-laki mendominasi perempuan, menjadi pemimpinnya dan menentukan masa depannya.  Hak perempuan dibatasi di rumah dan di dapur, hidupnya dibatasi oleh dinding dan rutinitas kegiatannya hanya disekitar rumah, dia dianggap tidak mampu mengabil keputusan di luar wilayahnya (Mutohar, 2014).  

Lalu bagimana dengan fenomena wanita karir? Membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan wanita sangat menarik dan tidak akan tuntas sebagai objek kajian. Karena persoalan yang terkait dengannya begitu kompleks. Dalam era kontemporer saat ini, wanita banyak  yang berkiprah di dunia kerja, bhkan pada beberapa perusahaan atau institusi tertentu, wanita mendominasi suatu pekerjaan itu. Tak jarang wanita justru yang menjadi pemimpin atau Boss dalan sebuah perusahaan.

Masalah pekerjaan domestik wanita (istri) misalnya, secara realitas banyak laki-laki (suami) yang penghasilannya tidak bisa memenuhi tuntutan kebutuhan pokok yang menjadi standar hidup layak di tengah masyarakat (Mutohar, 2014). Mari pertama-tama kita berbicara dalam perspektif Islam. 

Pada dasarnya Islam tidak membedakan antara laki-laki dan wanita, asalkan dilandasi oleh iman dan taqwa kepada Allah SWT, maka keduanya akan mendapatkan balasan dari apa yang telah mereka kerjakan. Bahkan Al-Qur'an mengisyaratkan pada mereka yang bekerja itu akan mendapatkan kehidupan yang baik dan berkualitas, hafayan thayyibah. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nahl/16 ayat 97:

"Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik"

Kalau dikaji pada permulaan Islam berkaitan dengan keterlibatan wanita dalam pekerjaan, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Islam membenarkan kaum wanita beraktivitas atau bekerja di luar rumah dalam berbagai bidang, baik secara mandiri atau bersama orang lain.  Bahkan pada masa Nabi wanita mempunyai beraneka ragam pekerjaan yang mereka lakukan seperti ikut peperangan, menjadi pedagang, perias pengantin, penyamak kulit, pegawai pasar, dll.

Selain wanita karir dari perspektif Islam saja, dalam masyarakat Hindu Bali pun wanita karir malah merupakan nilai tambah sebagai sosok pelestari budaya. Wanita karir Bali menjalankan triple roles (tiga peran) sekaligus yakni peran keluarga, peran ekonomi dan peran adat keagamaan . wanita karir Bali selain sebagai seorang karyawan yang bertanggungjawab terhadap perusahaan, sekaligus sebagai ibu rumah tangga yang bertanggungjawab  terhadap keluarga, dan sebagai anggota komunitas sosial adat bertanggung jawab terhadap pelaksanaan adat keagamaan baik di lingkungan keluarga, banjar (RT/RW), maupun desa. Ketiga peran ini seringkali menuntut waktu, tekanan dan perilaku yang optimal secara bersamaan, sehingga menyeimbangkannya sangatlah tidak mudah. Ketiga peran wanita ini ditegaskan dalam kutipan suci Weda Manawa Dharmasastra III.59 sebagai berikut:

"Tasmadetah Sada Pujya, Busanaccha Dana Sanaih, Buthi Kumair Narair Mityam, Satkaresutsa Vesu Ca" yang artinya perempuan adalah makhluk Tuhan yang memiliki kompleksitas peran dan kemuliannya sendiri (religius, estetis, ekonomi, maupun sosial). Dimana sebagai makhluk religius dia menjadi sempurna di hadapan Tuhan, dia juga sekaligus pengatur detail aspek-aspek kerumahtanggan, sekaligus sebagai kasir yang jujuruntuk keluarga mereka (Komalasari, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun