Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Demi Kita yang Disibukkan oleh Batas Toleransi

2 Januari 2019   08:57 Diperbarui: 11 Januari 2019   18:22 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.nu.or.id

"Sebelumnya akan saya jelaskan dulu bahwa tulisan ini tidak bermaksud untuk menyudutkan pihak tertentu, atau apapun itu yang mengundang rasa ketidak nyamanan, sama sekali tidak ya. Tulisan ini hanya sekedar tulisan biasa, tulisan dari sepenggal pengalaman hidup saya sebagai anak alay. Jadi jangan terlalu dibawa serius, apalagi dibikin pusing. Jangan lah ya! nanti malah saya yang pusing jadinya".

 Selepas hari raya Natal 2018 lalu, suasana damai masih setia menyelimuti seluruh lapisan masyarakat termasuk di nusantara ini, dan semoga saja suasana damai terus berlanjut untuk kedepannya ya, Amin. 

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, meskipun suasana damai menyertai di hari yang suka cita tersebut, namun untuk menyambutnya sebagian masyarakat nampaknya tak pernah bosan untuk disibukan dengan sebuah persepsi tentang batasan toleransi yang tak kunjung usai, yakni; Bolehkah seseorang (non-nasrani) mengucapkan ucapan "Selamat hari raya natal" kepada mereka yang beragama Nasrani? 

Jelas saya tidak akan membahas hal tersebut untuk memberikan jawaban yang pasti, ya atau tidak, toh saya siapa? saya bukan siapa-siapa untuk membahas hal yang berat, dan sensitif seperti itu. Itu bukan porsi saya. 

Hanya saja, berbicara tentang batasan toleransi antar umat beragama seperti itu, ada satu kejadian menarik yang terjadi di hari raya natal kali ini. Yakni tentang postingan video di mana seorang wanita Muslim (berhijab) yang dengan lembut memainkan alat musik untuk mengiringi nyanyian umat nasrani dalam menjalani proses perayaan hari Natal di gereja.

Tentunya video yang banyak tersebar di media sosial tersebut mengundang banyak perdebatan di berbagai kalangan masyarakat. Pro dan kontra sudah pasti berdatangan silih berganti dalam kolom komentar sosial media. Mulai dari komentar berisikan bahwa hal tersebut melewati batas toleransi agama yang seharusnya, sampai pada mereka yang berkomentar tentang indahnya toleransi antar umat beragama pada video tersebut. 

Namun, jauh dari persepsi untuk berkomentar antara memilih pro atau kontra terhadap video tersebut di sosial media. Kejadian dalam video itu justru malah mengingatkan saya kepada salah satu pengalaman semasa kuliah dulu. 

Singkat cerita saya adalah seorang alumni dari Universitas Islam swasta di negeri ini. Sudah pasti suasana, dan budaya islam sangat melekat pada kampus, dan mahasiswanya, namun bukan berarti non muslim tak boleh kuliah di sini ya, banyak kok mahasiswa non muslim di kampus tersebut. 

Berhubung kampus saya kental sekali dengan budaya islamnya, tentu segala kegiatan perkuliahan sampai pada acara sidang senat terbuka atau biasa dikenal dengan istilah wisuda tersebut tak pernah lepas dari suasana islami yang penuh hikmat. 

Dan tepatnya sehari sebelum dilaksanakan acara wisuda, tentu akan diadakan kegiatan gladiresik untuk menambah lancarnya proses pelaksanaan wisuda. Kebetulan pada acara gladiresik pun saya turut hadir, dari awal mulainya acara sampai pada akhir acara. 

Berhubung saya kuliah di Universitas Islam, maka segala rangkaian acara, mulai, dari pembacaan doa, sambutan, hingga beberapa lagu yang dibawakan oleh tim paduan suara telah disiapkan secara islami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun