Mohon tunggu...
Oedin Only
Oedin Only Mohon Tunggu... Administrasi - Pemberdaya dan Petani

Berkeseharian dengan Desa dan Petani | Berutinitas dalam Pemberdayaan Penyuluh, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha | Menyenangi Opini, Analisis dan Literasi | Ingin Berfocus Sebagai Penggiat Analisis Politik Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Berkelas Global | Juara I Lomba Blog KPK 2012

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penyuluh, Manajemen Bosan dan Kemenangan Sohih

16 Januari 2019   05:48 Diperbarui: 16 Januari 2019   05:55 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menyalahkan itu mudah, semudah bagi-bagi duit cuma-cuma.  Tapi bila sekedar menyalahkan, tanpa menunjukkan masalah, pangkalnya , solusinya dan metodenya untuk menyelesaikan masalah, jelas yang terjadi adalah satu masalah hanya akan mengganti pelaku, bukan menyelesaikan masalah itu sendiri.

Dalam beberapa kali momen membersamai petani, penulis sering mendengar pernyataan, "mereka sudah tua-tua juga, tak perlu dibilangi, mestinya sadar sendiri".  Dampak dari kalimat ini justru bertentangan dengan realitas, kenapa adzan harus dikumandangkan setiap sholat, dan sunnahnya itu dikeraskan, tak lain untuk mengingatkan bahwa waktu sholat tiba, untuk mengajak meninggalkan dulu pekerjaan lain karena tibanya kewajiban sholat.   Kalau kalimat tadi digunakan dalam konteks sholat, tentu akan sedikit orang sholat karena tidak ada yang bilangi, tak ada yang ngingeti.

Nah, tugas penyuluh itukan intinya membilangi, pak pertemuan kelompok tani di jalankan yuk, pak nanam padi unggul yuk, pak pupuknya berimbang yah, pak nyemprot pestisidanya sesuai dosis ya, pak sabar ya menjadi pengurus itu memang tak mudah tapi mulia. 

Amat kurang arif, bila sebagai penyuluh ada rasa bosan untuk kerja membilangi ini, tentu bosan bin jenuh itu manusiawi, tetapi sebagai penyuluh bosan ini perlu dimanajemen dengan baik.

Ada teman yang anaknya banyak, bisnisnya banyak, hampir tiap minggu keluar kota untuk membangun relasi, bisnis, dan bantu kesusahan orang, dan beliau memimpin ratusan orang, mendampingi pengusaha kelas miliaran, padahal kesehariannya cuma naek motor, bila ada waktu antar-jemput anak sekolah, selebihnya ngembangin diri dan ngembangin orang lain.

 Anehnya beliau tak pernah bosen, dengan aktivitas itu, padahal problem yang dihadapi tak sedikit pasti, lelah yang dialami sulit ditakar, tapi beliau selalu focus untuk lompatan-lompatan hasil, bukan berfocus pada gagal-gagal, walaupun gagal-gagal yang pernah dialami juga tak terhitung.

Tentu, sebagai penyuluh mestilah bercermin pada yang bisa, bukan membenarkan tidak mampu pada upaya yang baru dijalani satu dua.  Penyuluh mesti kreatif , tak malu berbagi, dan tak bosan mencari inspirasi, salah satu jalan mencari inspirasi bisa dengan membaca, menonton, atau bergaul dengan orang-orang super, walaupun kadang orang super itu pakaiannya lusuh dan dekil, aroma tubuhnya tak sedap, tapi lisannya mulia, hatinya bening, dan pikiran dan tingkah lakunya indah dan terarah, bisa jadi sosok itu ada pada petani.

Ternyata yang bisa membuat seorang manusia itu semangat dan futur adalah iman, iman itu pembenaran yang pasti, ada yang dibenarkan, dan yang dibenarkan itu dibangun dengan dalil yang benar.  Masing-masing manusia itu pasti memiliki ideologi.  

Ada yang memilih mengambil ideologi yang datang dari Allah SWT yakni Islam, ada yang memilih ideologi yang bersumber dari akal manusia.  Disebut ideologi karena memiliki ide dan metode.  Ideologi bagi manusia berperan sebagai dasar berfikir sekaligus kepemimpinan berfikir.

Dengan sering mengingat mati, dapat mendorong setiap diri berfikir menyiapkan sebaik-baik bekal menjumpainya, dengan melaksanakan ibadah setiap diri selalu merasa takut dan harap sebagai gas dan remnya dalam kehidupan, dengan kerlap kerlipnya pahala setiap diri berlomba untuk memburunya siang dan malam, dengan angker dan buruknya dosanya setiap diri jijik dan terus memupuk benci melakukannya.  Dan menggenapi semua itu, setiap diri tak pernah letih dan bosan membagus diri dengan ilmu dan amal.

Ketika taraf berfikir seorang manusia apalagi suatu kaum bangkit, maka bangkit pula manusia dan kaum tersebut.  Tak sedikit penyuluh yang dihadapkan pada kondisi alsintan banyak di wkpp tapi banyak pula yang tidak difungsikan sebagaimana mestinya, bantuan difasilitasi untuk mendapatkannya, ketika tuun justru membuat penyulus ngelus-ngelus dada dan mijit-mijit kepala, petani berlomba-lomba memilikinya bukan menggunakan sebagai mana peruntukannya, bahkan ada yang nyeletuk, "dibantu, kok malah nyusahin ya !"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun