Semula tak berkeinginan menulis tentang dunia persepakbolaan. Selain karena kurang mahfum, saya hanya sebagai penggembira yang kebetulan senang belajar hal baru.
Karena hal terakhir, saya coba menulis sorak sorai saya ketika menyaksikan timnas berlaga tadi. Berbeda dengan Leg ke 1 yang bermain defensif, pemain garuda Indonesia kali ini cukup berani menyerang dan buat tim gajah perang Thailand ngos-ngosan mengejar pemuda-pemuda tanggung seusia Arhan, Dewangga, Rumakiek dan kapten Asnawi.
Pemain Thailand dibuat bertahan terus saat squad garuda menyerang dan terus meyerang dengan berani. Begitulah jiwa muda agresif dan penuh semangat.
Berbeda dengan Thailan yang cenderung perlahan, banyak mengulur waktu dan bertahan. Menyerang hanya sekali-kali. Strateginya kocar-kacir juga sih kalau dilihat oleh saya yang orang awam.
Setiap kesebelasan punya startegi sendiri dalam mempertahan gawangnya. Seperti tulisan saya katakan kemarin, kawal pemain kita yang bagus dan strategi cantik dengan "fair play". Â
Pertandingan leg ke 2 ini, wasit dan hakim garis memang bikin gemes. Ketika Rumakiek sampai terkena tulang rusuk dan terjatuh, teriakan saya seperti teriakan ibu-ibu yang mengomel pada wasit karena pemain Thailand hanya diberi sanksi kartu kuning. Â
Saya bisa menghapus gemes ke wasit, setelah melihat banyak peluang gol bagi timnas kita yang masih terbuang-buang, sayang. Mungkin jam terbang pemain memang masih perlu ditambah, Â banyak teknik dan fisik yang belum memadai untuk bertanding 2 kali 40 menit ini. Permainan pemuda-pemuda Indonesia ini membuat saya semangat belajar banyak tentang persepakbolaan Indonesia.
Meski kalah 6-2, pemain Indonesia sudah memberikan permainan yang menarik dan sportif. Kegagalan memang hal yang memalukan. Tapi masih ada hari esok yang menanti untuk diukir menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indoensia. Mereka kalah terhormat dengan permainan melebihi kapasitas pemula yang bertanding.