Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Silent Treatment: Anda Diabaikan atau Mengabaikan?

31 Maret 2021   19:19 Diperbarui: 28 April 2022   23:29 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: diam tidak selalu menyelesaikan masalah |via sheknows.com

Apabila pasangan ingin menarik diri untuk sementara, maka masih ada keinginan mereka untuk menyelesaikan permasalahan ada. 

Namun, dengan adanya silent treatment, individu yang terlibat dalam pertengkaran tidak mempunyai keinginan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Nah, silent treatment ini menurut beberapa ahli psikologi dikategorikan dalam tindakan manipulatif pelaku. Beberapa orang menggunakan metode ini (menolak merespon semua media komunikasi dengan korban) menimbulkan dampak negatif secara emosional bagi sang korban. 

Pelaku silent treatment biasanya merasa lebih kuat dan menjadi superior bagi korban. Ada pula yang melakukannya karena ingin memberi hukuman kepada pasangan. Aksi ini dapat pula dilakukan bila pelaku ingin menghindari konflik dengan pasangan.

Ada alasan lain bagi si pelaku. Ia memilih cara ini karena sulit mengungkapkan perasaannya. Sehingga, dengan melakukan pengabaian tersebut, ia berharap pasangannya akan mengetahui segala kemarahan, kekecewaan, ataupun masalah lain yang membuatnya terluka.

Kemungkinan besar, perilaku silent treatment bersifat repetitif. Artinya usai pelaku mendapatkan keinginannya dari korban, maka ada kemungkinan ia akan mengulanginya kembali suatu saat nanti.

Seorang ahli kejiwaan, Profesor Margaret Clark dari Universitas Yale dalam sebuah artikel yang saya kutip dari theantlantic.com (26/03/2021) mengatakan bahwa meskipun sang korban harus meminta maaf pada pelaku (atas tindakannya yang mengecewakan pelaku), akan lebih baik apabila pasangan tersebut menghubungi ahli terapi profesional, baik itu psikolog maupun psikiater untuk menanggulangi kembali terulangnya perilaku silent treatment ini.

Pengaruh silent treatment bagi korban

Kipling Williams, seorang profesor psikologi yang selama 20 tahun lebih meneliti masalah ostracism, termasuk di dalamnya perilaku silent treatment, berpendapat bahwa silent treatment ini akan berdampak buruk bukan hanya pada kesehatan mental si korban, namun juga kesehatan fisik orang tersebut.

Korban akan merasa diabaikan, merasa sebagai orang yang tidak diterima, tidak berguna, bingung harus mengambil keputusan apa, merasa bersalah, takut hubungan meteka akan berakhir, berpikiran negatif, stress, bahkan mungkin berakibat pada depresi.

Ada bagian otak kita yang tugasnya untuk merespon rasa sakit emosional yang kemudian berhubungan dengan sakit fisik. 

Adalah anterior cingulate cortex, bagian otak inilah yang merespon rasa sakit emosional seseorang, kemudian pada saat itu pula terjadi proses kimiawi dalam otak yang mengakibatkan seseorang yang secara emosional tersakiti akan merasakan sakit pada tubuh, seperti sakit kepala, sakit perut, insomnia, bahkan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan sakit pada jantung, hipertensi, diabetes, dan banyak penyakit patologis lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun