Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Miris! Pendidikan Mental Kok Maksa

18 September 2020   12:14 Diperbarui: 18 September 2020   12:20 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
screaming via pixabay.com

Selamat datang di laman saya ini. Pondok mungil, kecil, punya orang usil yang suka nukil...

Topik Ospek virtual ini tetiba membawa semangat nulis saya kambuh. Jujur, saya bela-belain chatting mantan nih. Pasalnya, dulu kami satu seksi dalam kepanitiaan penyambutan Maba yang kala itu berjudul Ospek.

Dah, kita mulai yuuuuks....

Saya berharap, semoga salah satu Kompasianer yang saya hormati, Pak Suko Waspodo tidak membaca artikel ini. Ya, kalaulah membaca, pasti membatin sambil senyam-senyum, membaca polah mantan mahasiswinya dulu yang sering ngeyel dan suka berdebat, sekarang usil mengikuti jejak menulis beliau.

Ruang Senat waktu itu ramai dengan mahasiswa yang sedang berembug menyoal Ospek yang kami rancang "berbeda" dengan Ospek satu tahun lalu.

Karena saat itu kami berada pada masa pasca lengsernya Soeharto, jadi masih kental jua suasana anti militerisme. Wacana untuk menggeser stigma Ospek sebagai aksi gojlogan mental bagi Maba telah ada dalam kepala kami masing-masing.

Saya, pada saat itu merasa "ada oportuniti". Why? Karena ssatu tahun sebelumnya, saya masih mengalami perploncoan ala Orba. Datang ke kampus kurang dari jam 06.00 pagi. Rambut dikuncir 3, macam orang gila --oh, sungguh tidak manusiawi-- memakai celana kain dengan bagian bawah dimasukkan ke dalam kaos kaki. Wajib datang memakai kemeja putih lengan panjang dengan kalung rafia plus liontin dot bayi.

Can you imagine that? Felt like being clown.

Dan setelah berbaur dengan sesama rekan mahasiswa, belajar berargumen --sebagian besar dari kating di senatorium-- saya memilih DEMA (Dewan Mahasiswa) sebagai komunitas baru. Dalam DEMA inilah saya mulai aktif untuk menyuarakan penghapusan aksi perploncoan.

Namun, ternyata saya dan beberapa rekan lain harus menyerah pada kating (kaka tingkat) yang masih menginginkan adanya punishment bagi Maba yang indisipliner semasa Ospek berlangsung.

Parahnya lagi, saya terpilih sebagai satu di antara 12 orang yang tergabung dalam Seksi "Penindak Indisipliner" tersebut. Bayang pun, Saudara.... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun