Bersama dengan salah satu anak rebahan ini merupakan berkat tersendiri bagi saya. Percaya atau tidak, dia adalah guru kehidupan bagi saya. Guru yang mengajari saya pelajaran hidup tanpa terbatas ruang dan waktu.
Semoga, tulisan saya ini mampu menyapa hati Anda semua.
"Hai, namaku Winsi. Tahun ini aku lulus dari SMA Negri 7 Solo. Umurku 18 tahun. Sejak kecil aku sangat suka membaca. Mulai dari majalah Bobo yang dibelikan Mama, hingga kemudian beranjak dewasa, aku lebih menyukai buku-buku sains.Â
Di SMA ini, aku punya seorang sahabat. Kepiawaiannya membawakan mapel Kimia membuatku semakin menyukainya. Bagiku ia menarik, secantik hatinya yang kini tertambat pada senyum anak-anak Tanakapu
Perkenalkan, namanya Ibu Rince. Magdalena Rince. Dulu, beliau guru PPG di SMA ku. Namun kemudian, beliau lebih memilih untuk pulang ke kampung halamannya, di NTT. Lebih tepatnya Tanakapu, Sumba Barat.Â
Dan dari sinilah petualanganku dimulai.
Persahabatanku dengan Ibu Rince masih terus berlanjut. Meskipun kami hanya bertukar kabar lewat chatting, namun beliau sering bercerita tentang keseharian beliau mengajar anak-anak Tanakapu.
Aku selalu senang saat ia bercerita tentang kehebohan anak-anak Tanakapu belajar mengenal dunia, selain yang ada di kampung mereka.
Akan tetapi Ibu Rince pun kadang bercerita tentang betapa sulitnya mengajar membaca di sana. Selain karena kendala bahasa ibu yang mereka pergunakan sebagai bahasa pengantar, fasilitas belajar yang teramat minim pun sangat menghambat belajar mereka.
Bukan pemandangan langka bila kita ke Tanakapu, lalu kita akan menjumpai anak kelas 4-6 SD belum mampu membaca. Hmmmh, sungguh, tiba-tiba aku merasa begitu egois.
Sepatuku lebih dari sepasang. Buku-bukuku, begitu banyak menumpuk di gudang.Â