Mohon tunggu...
Diah Megakesuma
Diah Megakesuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Asap Rokok dan Bahan Bakar Biomassa Sebabkan Pneumonia Balita

8 November 2022   20:48 Diperbarui: 17 April 2023   06:41 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Diah Megakesuma & Silvia Fitriana

Tahukah Anda jika bahan bakar memasak sehari-hari dan asap rokok menjadi salah satu penyebab utama kematian anak dengan usia dibawah 5 tahun (balita) di dunia? Penggunaan bahan bakar memasak yang tidak tepat dan perilaku merokok di dalam rumah dapat mengakibatkan penyakit paru-paru bernama pneumonia. Sekali lagi, pneumonia merupakan penyebab kematian infeksi terbesar pada balita di seluruh dunia. Faktanya, pneumonia membunuh lebih dari 740.000 balita di tahun 2019. 

Lebih lanjut, pneumonia adalah bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang paru-paru. Jika paru-paru orang sehat terisi dengan udara, maka paru-paru penderita pneumonia terisi oleh nanah dan cairan. 

Akibatnya, mereka akan merasa sakit saat bernapas dan asupan oksigen akan terbatas. Tanda-tanda yang dapat dilihat pada anak yang pneumonia meliputi batuk, sesak napas dan napas cepat, pelebaran lubang hidung, sakit di dada terutama saat batuk atau menarik napas panjang, mengi, pucat di bibir dan kuku karena oksigen berkurang di peredaran darah.

Umumnya, pneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenzae tipe B. Polusi udara rumah tangga atau Household Air Pollution (HAP) turut mengambil peran dalam meningkatkan risiko anak menderita pneumonia. Household air pollution merupakan polusi udara pada rumah tangga yang berdampak pada kesehatan penghuni rumah. 

Per tahun 2020, HAP berkontribusi pada 3,2 juta kematian termasuk 237 ribu kematian pada anak dengan usia dibawah 5 tahun. Beberapa penelitian menyatakan bahwa HAP berkorelasi dengan penyakit pneumonia. Sumber HAP antara lain pembakaran bahan bakar, produk tembakau, bahan bangunan, barang rumah tangga, produk pembersih dan perawatan rumah tangga, kelembaban berlebih dan sumber lain dari luar rumah.  

Kegiatan memasak dengan bahan bakar minyak tanah, batubara, dan biomassa seperti kayu menjadi salah satu sumber HAP pada masyarakat pedesaan dan beberapa rumah di negara berkembang. Sepertiga populasi global (2,4 miliar orang) menggunakan api terbuka atau kompor yang tidak efisien. 

Polutan berupa partikel dari bahan bakar ini ini sangat kecil, sehingga dapat masuk dan bersarang jauh di dalam paru-paru dan memicu asma, serangan jantung, stroke, bahkan kematian. Pembakaran biomassa juga melepaskan karbon monoksida yang menyebabkan sakit kepala, mual, pusing, bahkan kematian dini. Jika sekarang kita sudah menggunakan kompor gas untuk memasak, maka kita patut bersyukur!

Sumber lain HAP adalah produk tembakau seperti rokok. Keberadaan Environmental Tobacco Smoke (ETS) atau asap rokok dalam lingkungan berasal dari asap pembakaran rokok. Keberadaan anggota keluarga yang merokok di dalam rumah merupakan salah satu faktor yang meningkatkan resiko anak menderita pneumonia. 

Tidak hanya pajanan ETS pada masa bayi dan anak-anak tetapi juga pada masa prenatal. Salah satu kandungan rokok adalah nikotin, bahan kimia yang berpotensi adiktif. Nikotin masuk ke dalam tubuh dengan "menunggang" pada tar yang dihirup dari rokok yang menyala. Nikotin pada campuran nikotin-tar yang masuk ke paru-paru diserap dengan cepat, sekitar 8 detik, setelah asap dihirup. 

Setelah masuk ke aliran darah, nikotin berjalan menuju otak. Efeknya, dapat meningkatkan tekanan darah, detak jantung, serta penyempitan pembuluh darah. Hal ini mungkin saja terjadi pada anak kita di rumah. Menurunnya kondisi kesehatan semakin mempermudah anak terinfeksi bakteri dan menderita pneumonia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun