"Allaahu akbar, Allaahu akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar wa lillaahil-hamd."
Dear, Ramadan.
Suara takbir Idulfitri telah berkumandang. Hilal 1 Syawal telah terlihat. Dan kau beranjak menjauh dari kami. Semakin jauh meninggalkan kami.
Dear, Ramadan.
Waktu terasa sangat cepat berlalu. Sepertinya baru kemarin kami sahur untuk pertama kalinya di Ramadan 1446 Hijriah ini. Namun, ternyata sekarang Syawal telah menjelang.
Aku sangat bersyukur bahwa tahun ini aku menjumpaimu dalam keadaan yang lebih baik dari tahun lalu. Aku lebih bersemangat puasa, aku lebih produktif, dan aku sangat menikmati momen-momen di setiap saatmu.
Dear, Ramadan.
Ingatlah apa yang kulakukan di Ramadan tahun ini. Kau tahu bagaimana aku setiap hari bersemangat memasak untuk keluargaku. Aku bersama anak-anak juga bersemangat dalam ibadah harian. Kedua anak SD-ku rajin merangkum kisah-kisah Nabi, anak TK-ku masih berjuang berlatih puasa, sementara si kecil hampir setiap hari ikut sahur dan berbuka. Lucunya mereka.
Lalu aku lebih rajin membaca Al-Qur'an setiap hari meskipun hanya sedikit demi sedikit. Sementara itu di sebagian malamku aku selalu menyempatkan diri untuk menulis. Di Ramadan tahun ini aku rajin menulis di Kompasiana.
Ya, ingatlah tentang itu. Di tengah kesibukanku mengurus rumah tangga saat sedang berpuasa, setiap hari aku menyempatkan diri untuk menulis di Kompasiana dalam program Ramadan Bercerita. Aku sangat senang bisa terus menulis setiap hari hingga hari ini. Ada kebahagiaan tersendiri yang tercipta.