Aksiologi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu axios "nilai" dan logos adalah "ilmu", secara teoritis nilai merupakan studi filosofis tentang kebaikan atau nilai yang ada. Gerakan aksiologis ini pertama kali mucul dalam metode fenomenologi. Para aksiologpun berusaha untuk mencirikan gagasan nilai secara umum, agar nilai moral tersebut merupakan satu spesies bahwa kebaikan tidak secara eksklusif berasal dari kemauan, tetapi ada dalam hierarki yang objektif.
Aksiolog ini menekankan sejauh mana emosi yang di lalui sehingga perasaan manusia menemukan nilai-nilai tersebut. Lebih jelasnya seperti pada Buku Ralph Barton Perry, General Theory of Value (1926), Ia berteori, nilai adalah "objek apa pun yang diminati manusia itu sendiri". Seblumnya, dia menjelajahi delapan "alam" nilai yaitu moralitas, agama, seni, sains, ekonomi, politik, hukum, dan adat istiadat.
Biasanya ada perbedaan antara nilai instrumental dan nilai intrinsic (antara apa yang baik sebagai sarana dan apa yang baik sebagai tujuan). Katakanlah seperti apa yang di jelaskan oleh John Dewey, dalam Human Nature and Conduct (1922) dan Theory of Valuation (1939), mempresentasikan interpretasi pragmatis dan mencoba memecah perbedaan antara cara dan tujuan ini.
Walaupun cara terakhir lebih cenderung untuk menekankan poin yang banyak mengandung hal-hal aktual dalam kehidupan manusia seperti kesehatan, pengetahuan, dan kebajikan. Filsuf lain, seperti C.I. Lewis, Georg Henrik von Wright, dan W.K. Frankena, telah Membedakan nilai tersebut. Banyak jawaban berbeda diberikan untuk pertanyaan "Apa yang secara intrinsik baik?" seperti halnya Hedonis mengemukakan bahwa kesenangan ialah yang meliputi pragmatis, kepuasan, pertumbuhan, atau penyesuaian, selain itu Kantians menyatakan bahwa itu ialah niat baik; Humanis mengemukakan bahwa itu ialah realisasi diri yang harmonis; Umat Kristen mengemukakan bahwa itu ialah cinta Tuhan.