Mohon tunggu...
Dhimas Andianto
Dhimas Andianto Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

A Fatboy who is a Wheel-to-Wheel Argy Bargy Enthusiast and a Food Preacher. Soon to be a Mechanical Engineer ?

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Apakah Kimi Raikkonen Sebaiknya Pensiun Saja?

13 September 2018   10:10 Diperbarui: 13 September 2018   10:39 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada musim comeback-nya, performa Kimi sangat baik dengan mampu menduduki posisi 3 di klasemen akhir. Kemenangannya di GP Abu Dhabi beserta percakapan radio di mana dia meminta timnya untuk diam menjadi momen ikonik hingga saat ini. Terakhir kali ia menjuarai suatu balapan adalah di tim Lotus, tepatnya saat balapan pembuka musim 2013 di GP Australia.

Mulai musim 2014, Kimi kembali ke belakang kemudi jet darat milik "Si Kuda Jingkrak". Bersama Fernando Alonso dan kemudian Sebastian Vettel ia berjuang bersama untuk mengembalikan Ferrari ke ranah persaingan juara dunia. Era mesin V6 Turbo Hybrid yang dikuasai oleh Mercedes sejak 2014 serta menurunnya performa Kimi sebagai seorang pembalap mewarnai perjalanan keduanya bersama Ferrari. 

Momen manis datang di GP Italia 2018 kemarin ketika ia berhasil menunjukkan bahwa seorang Kimi Raikkonen belum habis masanya. Ia menjadi pembalap yang mengitari suatu sirkuit dengan rata-rata kecepatan tertinggi dalam sejarah Formula 1 mengalahkan rekor Juan Pablo Montoya pada musim 2004 di trek yang sama. 

Kimi juga sekaligus menjadi pembalap tertua di dekade ini yang menduduki pole position di umur 38 tahun 320 hari. Namun sayangnya pada saat balapan esok hari, Kimi harus rela finish di posisi 2 akibat kesalahan strategi dari timnya.

Kimi Raikkonen adalah pembalap yang unik nan eksentrik. Ia benci dengan yang namanya media beserta wawancara. Ia benci tampil di muka publik. Sering menjawab pertanyaan wartawan dengan singkat bersama dengan imbuhan "bwoah" atau "mwoah" sudah menjadi ciri khasnya. Tingkah lakunya juga sering kali bikin penggemar garuk kepala. Misalnya saat Kimi harus keluar dari balapan karena alasan teknis di GP Monako 2006. 

Alih-alih kembali ke pit, Kimi justru berjalan kaki menelusuri trek yang mememang terletak persis di jalanan pelabuhan kapal pesiar menuju kapal miliknya dan bersantai sambil berendam di jacuzzi. Kemudian di GP Malaysia 2009 ketika balapan dihentikan sementara karena hujan badai ia kembali bertingkah. 

Di saat pembalap lain standby di mobil sambil menunggu balapan dilanjutkan, Kimi justru masuk ke ruang pit dan mengambil sebatang es krim di kulkas.  Momen seperti ini yang akan membuat dunia F1 akan rindu dengannya ketika waktunya pensiun nanti.

Saya percaya Kimi Raikkonen belum habis. Kimi memang kalah dari rekan setimnya, Sebastian Vettel, yang adalah mantan juara dunia F1 4 kali. Vettel yang lebih muda 8 tahun tentu memiliki kondisi fisik serta stamina yang lebih baik daripada Kimi. Performa hebatnya di beberapa balapan terakhir cukup membuktikan bahwa Kimi masih layak untuk ada di grid Formula 1 dalam 2 tahun mendatang.

Sauber juga butuh pembalap senior untuk ikut mengembangkan tim ini sehingga menjadi lebih baik di musim-musim selanjutnya. Sauber yang notabene sering menjadi pelabuhan pembalap-pembalap muda juga membutuhkan Kimi sebagai sosok mentor untuk ikut mengeluarkan kemampuan terpendam dari para pembalap muda tersebut.

Kimi Raikkonen adalah salah satu legenda hidup Formula 1. Ketika ia memutuskan pensiun, tentu dunia F1 akan bersedih. Sulit rasanya membayangkan ada pembalap seunik ini di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun