Dalam buku The History of Java di sampul belakangnya tertulis " Saya yakin tidak ada orang yang memiliki informasi mengenai Jawa sebanyak yang saya miliki". Demikian kata Thomas Stanford Raffles. Seorang tokoh yang tidak asing di Indonesia dalam bidang botany, sehingga namanya disematkan menjadi nama bunga bangkai. Namun, yang membuat saya tertarik adalah halaman pertama dia dalam bukunya tentang sejarah Jawa. Sepintas nama jawa berasala dari kata jewawut,karena banyak tumbuhan ini pada saat orang India menginjakan pulau ini. Mungkin benar, bisa saja tidak, tetapi yang pasti siapakah jewawut itu ?
Sejarah Jewawut
Sejarah mencatat, jika jewawut berasal dari Tionghkok dan sudah dibudidayakan sejak 5.000 tahun sebelum masehi. Tanaman ini kemudian menyebar ke Eropa dan Asia, dan tercatat 3.000 tahun silam sudah sampai Eropa dan Nusantara. Tanaman ini jauh lebih tua dari Padi yang saat ini menjadi makanan pokok. Jewawut sudah lebih dahulu menjadi pengisi perut masyarakat Nusantara jauh sebelum padi.
Nama resmi jewawut adalah jawawut, dan memiliki nama ilmiah Setaria italica. Di berbagai daerah di Indonesia, jewawut memiliki nama lokal seperti; jawa (Sumatera Selatan); jaba ikur (Batak); jaba ur (Toba); jelui (Riau); sekui (Melayu); sekuai, sakui, sakuih (Minangkabau); randau (Lampung); dan jawae (Dayak). Mungkin benar juga nama jawa berasal dari tumbuhan ini, karena di Jawa juga banyak ditemukan.
Nilai Gizi Jewawut
Jewawut adalah tumbuhan semusim seperti halnya padi atau jagung, Periode hidupnya 3 - 4 bulan. Mampu hidup dilahan kering atau kurang air, dari dataran rendah hingg dataran tinggi lebih dari 2.000 meter dari permukaan laut. Kandungan nutrisi jewawut terdiri dari; karbohidrat 84,2%, protein 10,7%, lemak 3,3%, serat 1,4%, yang tidak kalah dengan nutrisi padi atau jagung. Menjadi pertanyaan, mengapa jewawut kalah pamor dengan padi?.
Jewawut dahulu adalah makanan utama disaat padi itu belum familiar, tetapi saat ini sudah tergeser. Di beberapa tempat seperti di Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, jewawut masih dijadikan makanan utama. Namun, kini jewawut sudah tergeser oleh beras yang jauh lebih berkelas dalam status sosial dan keberadaanya yang selalu tersedia.
Jewawut dalam Industri
Suatu saat saya berkunjung di sebuah industri roti di Semarang. Pemilik pabrik merasaka kebingungan saat dia hendak mencari jewawut sebagai bahan pembuat rotinya. Dia mencari di berbagai toko perlengkapan kue, namun tetap nihil. Iseng-iseng dia mencari di pasar burung dan didapatilah biji jewawut. Satu kilo gram dihargai Rp 35.000,00. Tidak disangka, bebijian yang kalah oleh beras ini harganya melebihi beras kualitas super sekalipun. Sepertinya hukum permintaan dan penawaran berlaku di sini.
Jewawut Sebagai Pangan Sehat