Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Nature

Belajar dari Edelweis tentang Keabadian, Ketulusan dan Pengorbanan

7 Desember 2011   02:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:44 76918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi pertanyaan sekarang adalah darimana asal Edelweis ini, apakah ada yang menanam atau tumbuh dengan sendirinya. Family Asteraceae memiliki karangan bungan, dan menghasilkan banyak sekali bunga generatf. Oleh angin, serbuk-serbuk bunga yang berisi bungan-bungan generatif di terbangkan dan disaat mendapat media yang tepat akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan Edelweis tergolong cepat, walau hanya memiliki tinggi 1 meter, akan menghasilkan bunga-bunga generatif yang melimpah. Di daerah yang sama sekali tidak terusik, seperti pegunungan Edelweis mampu tumbuh hingga 8m dan dengan batang yang kokoh. Dari kajian ekologis, Edelweis memiliki peran sebagai pioner dalam revegetasi dan suksesi. Menjadi tanaman pertama yang tumbuh dan menghasilkan unsur-unsur hara sebagai media tumbuh tanaman lain. Selain tanaman perintis, Edelweis menjadi "cover corp" atau tanaman penutup yang mempu menahan hempasan air hujan dan laju permukaan, sehinga meminimalkan resiko erosi. Disisi lain, banyak serangga yang hidup didalam bunga untuk sekedar menghisap nektar atau berlindung didalam rimbunya dedaunan.

Jangan mengira Edelweis di Jalan Lingkar Salatiga seperti yang ada di gunung-gunung. Jalan Lingkar Salatiga dengan ketinggian dari permukaan laut sebesar 670m berbeda dengan Edelweis di ketinggian diatas 2000mdpl. Faktor lingkungan seperti, ketinggian, suhu, cahaya, nutrisi, kelembapan dan lain sebagainya berpengaruh terhadap pertumbuhan Edelweis. Di lokasi yang bukan habitat aslinya, Edelweis akang mengalami gangguan pertumbuhan. Di lokasi tersebut, Edelwesi terlihat dengan daun dan bunga yang tak serimbun di pegunungan, dan terkesan kurus. Namun adanya pembatas faktor lingkungan tak menghalangi Edelweis untuk tetap hidup, yakni dengan beradaptasi walau dengan pertumbuhan yang tidak normal. Sungguh perjuangan yang tidak mudah bagi Edelweis agar tetap hidup dilingkungan barunya. Yang menjadi ancaman, bukanlah kondisi lingkungan, tetapi yang ditakutkan adalah ulah tangan jahil yang tidak bertanggung jawab.

Menjadi pertanyaan sekarang, bisakah kita menjaga dan mengapresiasi tanaman eksotis tersebut. Jangan gara-gara dengan embel-embel bunga keabadian lantas memetik dan mempersembahkan kepada kekasih, percumah tak ada yang abadi kecuali bunga plastik yang perlu ratusan tahun agar terurai. Naif juga jika memetik Edelweis sebagai wujud ketulusan cinta, sebab Edelweis sudah lebih tulus dari cinta siapapun, sebab dia rela menjadi yang pertama untuk sebuah kehidupan. Jangan tanyakan tentang perjuangan untuk Edelweis, karena bunga ini harus benar-benar survive agar mampu menjadi yang pertama dalam suksesi dan revegetasi. Bijak sekali juga kita bisa belajar dari Edelweis Jawa ini bagaimana tentang keabadian, ketulusan dan pengorbanan, baik kepada orang terkasih, sesama dan alam ini, seperti yang ditunjukan Edelweis dalam habitatnya. salam DhaVe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun