Menurut Zarary, R. (2022), KH. Abdul Wahid Hasyim atau lebih dikenal dengan Kiai Wahid lahir di Kabupaten Jombang, tepatnya di Tebuireng pada 1 Juni 1914. Dengan nama ayah KH. Hasyim Asy'ari dan ibu Nafiqoh. Beliau juga lahir dan besar di lingkungan pesantren. Sejak kecil, beliau sudah tekun mempelajari Al-Quran dan mendalami berbagai ilmu agama lainnya. KH. Abdul Wahid Hasyim berperan penting dalam merumuskan dasar negara melalui Panitia Sembilan. Dengan bekal ilmu agama yang mantap, beliau dikenal mampu menjembatani nilai keislaman dan semangat kebangsaan. Dengan pendekatan historis, tulisan ini mengulas peran beliau dalam proses lahirnya Piagam Jakarta. Panitia Sembilan dibentuk BPUPKI pada 1 Juni 1945 untuk merumuskan dasar negara. KH. Abdul Wahid Hasyim, satu-satunya tokoh muda dari pesantren, berperan besar menjembatani pandangan nasionalis dan Islamis (Syahriman & Mulyana, 2019). Buku Tradisi Pesantren karya Zamakhsyari Dhofier (2015), menempatkan kiai sebagai pusat orientasi moral dan intelektual pesantren, sekaligus penentu arah pendidikan bangsa. Pesantren dipandang bukan sekadar lembaga tradisional, melainkan aset strategis dalam membentuk karakter dan visi masa depan Indonesia. Pandangan ini sejalan dengan figur Wahid Hasyim, kiai visioner yang menjadikan pendidikan karakter sebagai inti pembaharuan.  Menurut Nurfadilah, Mulyana & Suwirta (2020), ia mendorong reformasi pendidikan tradisional dengan mengusulkan pendirian Madrasah Nizamiyah (1934), memperluas kurikulum ke sains, matematika, Inggris, dan Belanda, serta metode ajar yang membangkitkan kritisisme dan inisiatif santri. Beliau juga menekankan pendidikan kebangsaan melalui penguasaan bahasa dan keseimbangan budaya lokal-agama, serta berkontribusi nasional lewat NU dan jabatan Menteri Agama, Musaropah (2019). Dalam pendidikan beliau menggunakan metode holistik---spiritual, intelektual, emosional, fisik, dengan integrasi nilai Islam, keadilan sosial, Fadillah & Kartika (2024). Hal ini dibuktikan adanya organisasi silat Pagar Nusa, meskipun beliau bukan pendiri atau pengurus Pagar Nusa, beliau adalah seorang figur sentral dalam sejarah NU dan pendidikan Islam, dan melalui karya serta keluarganya, beliau meninggalkan jejak penting yang menjadi dasar bagi organisasi seperti Pagar Nusa. Beliau juga menekankan sikap toleransi yang kuat, hal ini juga diturunkan kepada anaknya KH. Abdurrahman Wahid yang sering disapa Gus Dur hal ini dibuktikan dengan julukan  bapak pluralisme. Meskipun lahir didunia pesantren, beliau juga memiliki rasa nasionalisme, dan rasa semangat tinggi untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan bahwa beliau masuk dalam panitia 9. Menurut Agung Syahriman & Agus Mulyana (2019), KH. Abdul Wahid Hasyim ikut terlibat dalam BPUPKI, Panitia Sembilan dan PPKI sekaligus terlibat dalam penyusunan pemerintahan Indonesia. Menurut Hsb (2021), KH. Wahid Hasyim merupakan tokoh Islam yang menunjukkan sikap terbuka dalam proses perumusan Piagam Jakarta. Ia terlibat langsung dalam penyusunan sila pertama, yang semula memuat frasa "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Namun, demi menjaga persatuan bangsa, ia rela menerima penghapusan tujuh kata tersebut. Muhtar (2021), Kompromi Wahid Hasyim di Panitia Sembilan mencerminkan nasionalisme yang tegas dan seimbang. Fitria (2018) menyebutkan bahwa meski Wahid Hasyim ikut merancang tujuh kata tersebut, ia justru yang pertama setuju mengubahnya demi persatuan. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan dan pandangan nasionalismenya. Pandangan serupa dikemukakan Mpayang, Novemy, dan Surbakti (2020), yang menilai sikap Wahid Hasyim sebagai contoh meredam konflik antara Islam dan nasionalisme di awal pembentukan negara. KH. Abdul Wahid Hasyim wafat pada 1953, namun perannya dalam Panitia Sembilan dan perjuangan bangsa tetap diingat. Sikapnya yang bijak dan mampu berkompromi menjadi dasar penting bagi persatuan Indonesia dan beliau ditetapkan menjadi pahlawan Nasional pada 24 Agustus 1964 melalui Keppres Nomor 206 Tahun 1964, Patoni (2020) dalam NU Online.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI