Mohon tunggu...
Deycha Rizky
Deycha Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bahan perkuliahan

Dengan izin Allah semua akan mudah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia Berpengetahuan Biasa (oleh Deycha dan Jailani)

7 Maret 2021   18:33 Diperbarui: 7 Maret 2021   19:48 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

MANUSIA BERPENGETAHUAN BIASA
OLEH  JAILANI DAN DEYCHA, MAHASISWA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM IAIDU ASAHAN

Secara sederhana filsafat dapat diartikan sebagai berpikir menurut tata tertib dengan bebas dan dengan sedalamdalamnya, sehingga sampai ke dasar suatu persoalan Harun Nasution, (1973:p. 3). yakni berpikir yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman, deskriptif, evaluatif, interpretatif dan spkekulatif The Liang Gie, (1991: p. 19). 

Sejalan dengan pengertian ini, Musa Asy’ari menulis, filsafat adalah berpikir bebas, radikal, dan berada pada dataran makna Musa Asy’ari, (1999:, p. 1). Bebas artinya tidak ada yang menghalangi kerja pikiran. Radikal artinya berpikir sampai ke akar masalah, mendalam, bahkan sampai melewati batas-batas fisik atau disebut metafisis. Sedang berpikir dalam tahap makna berarti menemukan makna terdalam dari sesuatu yang terkandung di dalamnya. 

Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti kebenaran, keindahan maupun kebaikan Musa Asy’ari, (1999:p. 1-4). Filsafat Ilmu dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan objek khusus, yaitu ilmu pengetahuan. Karenanya filsafat ilmu bisa juga disebut sebagai bidang yang unik, sebab yang dipelajari adalah dirinya sendiri. Sementara sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia tak lain adalah kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.

Temuan-temuan di bidang metafisika inilah yang mendorong seorang Rene Descartes (1596-1650) memikirkan; “bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan?” atau dengan kata lain: “bagaimana cara para filsuf itu sampai pada kesimpulannya?” Inilah yang dimaksud dengan persoalan epistemologis. Sejak inilah kajian di bidang epistemologi (filsafat pengetahuan) mendapatkan momentumnya, yakni di tangan Descartes. Filsuf ini terkenal dengan konsepnya: cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada), yang mengantarkannya kepada sebutan pelopor aliran rasionalisme di bidang epistemology HB. Sutopo, (1999:p. 72-73)

Keduanya memiliki lebih banyak persamaan dari pada perbedaan. Perbedaan itu hanyalah terletak pada objek material nya, yakni dalam hal ini, epistemologi menjadikan ‘pengetahuan’ sebagai objek kajiannya, sedang filsafat ilmu, objek kajiannya adalah ilmu pengetahuan Koento Wibisono Siswomiharjo (1997: p. 6-7)

Pengetahuan biasa (common sense) adalah yakni pengetahuan yang masuk akal yang berasal dari pengalaman dan pengamatan sehingga semua orang akan berpendapat yang sama mengenai suatu hal tersebut.

contoh : makanan akan memuaskan rasa lapar,tangan yang terkena api akan merasakan panas dan melepuh.

Kebenaran yang diakui oleh common sense bersifat tetap, sedang kebenaran dalam pengetahuan ilmiah selalu diusik oleh pengujian kritis. Kebenaran dalam pengetahuan ilmiah selalu dihadapkan pada pengujian melalui observasi maupun eksperimen dan sewaktu-waktu dapat diperbaharui atau diganti.

Objek kajian  pengetahuan  pertama dalam common sense informasi tentang suatu fakta jarang disertai penjelasan tentang mengapa dan bagaimana. Common sense tidak melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara fakta yang satu dengan fakta lain. Sedang dalam science di samping diperlukan uraian yang sistematik, juga dapat dikontrol dengan sejumlah fakta sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan pengklarifikasian berdasarkan prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang berlaku, kedua Pengetahuan ilmiah menekankan pada ciri sistematik. Pengetahuan ilmiah didasarkan pada pengetahuan-pengetahuan yang ada sebelumnya dan terikat satu sama lain. Sedang common sense tidak memberikan penjelasan (eksplanasi) yang sistematis dari berbagai fakta yang terjalin. Di samping itu, dalam common sense cara pengumpulan data  bersifat subjektif, karena common sense sarat dengan muatan-muatan emosi dan perasaan. 

Ketiga Dalam menghadapi konflik dalam kehidupan, pengetahuan ilmiah menjadikan konflik sebagai pendorong untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Pengetahuan ilmiah berusaha untuk mencari, dan mengintroduksi pola-pola eksplanasi sistematik sejumlah fakta untuk mempertegas aturan-aturan. Dengan menunjukkan hubungan logis dari proposisi yang satu dengan lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun