Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Rakyat Indonesia yang Tak Mampu Beli Pakaian!

9 Februari 2015   22:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:32 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebijakan pemerintah untuk melarang impor pakaian bekas dari luar negeri oleh Rahmat Gobel mulai ditanggapi beragam oleh masyarakat, bahkan dianggap kontroversial. Masyarakat mulai bebas mendapatkan harga baju dari merek ternama dengan harga miring. Namun dibalik itu semua, ada masalah kesehatan mengintai dibalik baju ‘sampah’ ini seperti penyakit kulit. Asalkan penanganannya dengan tepat setelah membeli baju, bakteri tersebut akan musnah dan Anda bisa berpakaian dengan nyaman.

Namun, sudahkah semua rakyat Indonesia mendapatkan pakaian yang layak untuk melindungi tubuh dari terik matahari dan dinginnya malam?

Tentu saja tidak. Masih banyak rakyat miskin Indonesia yang tak punya uang untuk membeli kebutuhan sehari hari karena penghasilan yang rendah. Jangankan makanan, pakaian yang dikenakan saja ala kadarnya, bahkan pada hari-hari istimewa seperti Idul Fitri dan Natal. Dan banyak juga masyarakat yang tidak mampu membeli baju, harus rela bagiannya dijahit, ditambal agar pakaian tersebut layak digunakan. Bagi masyarakat berkecukupan, baju bagus dengan merek ternama dengan harga 30 ribu tentu sudah murah , namun bagi masyarakat miskin, dirasa terlalu mahal karena lebih mengutamakan pengasilan untuk kebutuhan makan sehari-hari.

Terlalu naif memang, kita yang dikaruniai pakaian yang layak sedangkan masyarakat yang lain banyak yang hidup dalam garis kemiskinan yang belum tentu punya uang untuk membeli pakaian. Tentunya ini menjadi perhatian khusus, terutama bagi semua pihak. Bukankah kebutuhan sandang termasuk kebutuhan pokok bagi manusia? Jangan sampai kesenjangan antara si kaya dengan si miskin tetap berlanjut. Tunjukkan bahwa mereka peduli dengan penderitaan orang lain!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun