Sekarang, di masa new normal, sepeda menjadi tren yang rasa-rasanya, dibangkitkan kembali.
Ya, bisa dilihat sendiri, di era pandemi virus korona baru (COVID-19), sepeda jadi barang yang laris manis bak kacang goreng, malah kendaraan tersebut mulai "dihidupkan" kembali oleh pemiliknya setelah lama terdiam, mematung dalam gudang.
Mungkin, hal itu terlihat nyata di kota-kota. Sedangkan di desa?
Barangkali, ada desa yang sudah demam bersepeda, ada pula yang belum. Apalagi kalau wilayah tersebut zona hijau, bahkan masih bersih dari "noda-noda" coronavirus disease 2019. Masih betah dengan mobil dan motor!
Padahal, bukankah sepeda itu menyehatkan, ya? Apalagi kalau dijadikan alat transportasi.
Kalau kalian mau bersepeda dalam keseharian, gak perlu lagi naik kendaraan umum yang bisa jadi, di permukaannya terdapat human coronavirus 2019 (HCoV-19), malah kalau tidak berhati-hati, justru bakal membahayakanmu!
Sayangnya sih, sebagian orang sudah terlalu nyaman dengan transportasi yang cepat, dan tak perlu keluarkan banyak tenaga terlebih pas cuaca panas. Sebagaimana jalan kaki, bersepeda menjadi hal yang enggan dilakoni.
Haiiih, lagi-lagi. Itu masalah mindset, kan?
Oh ya, kalau kembali ke masa lalu, sebelum mobil dan motor merajai penduduk desa, justru sepeda-lah yang jadi alat transportasi, di samping berjalan yang cuma butuh dua kaki yang melangkah.
Namun, setelah kedua kendaraan bermotor itu masuk desa, jadilah dua metode itu kalah saing dan mulai ditinggalkan, yakan?